Dampak Positif dan Negatif Kereta Gantung di Rinjani
KORANNTB.com – Nasib cable car atau kereta gantung di Gunung Rinjani tidak jelas. Pemkab Lombok Tengah melalui Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida) menyembut investor hilang kontak dan proyek tersebut batal.
Sementara di sisi lain Pemprov NTB melalui Plt Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) mengatakan proyek tersebut tidak dibatalkan. Saat ini proyek kereta gantung di Rinjani tengah mempersiapkan Amdal.
Bahkan, investor Penanaman Modal Asing (PMA) telah berkunjung ke kantor DPMPTSP belum lama ini untuk menjelaskan progres saat ini yang akan menghabiskan anggaran Rp2,2 triliun dari investor asal China.
Kereta gantung di Rinjani memiliki dampak positif sekaligus dampak negatif jika tidak memiliki perencanaan yang matang sesuai dengan kajian ekologis dan sosial yang ketat.
Berikut ini adalah kedua dampak dari pembangunan tersebut:
Dampak Positif Kereta Gantung Rinjani
Akses Wisata untuk Semua Kalangan
Kereta gantung membuka peluang bagi lebih banyak orang untuk menikmati keindahan Gunung Rinjani. Wisatawan yang selama ini terhalang oleh medan pendakian yang berat, seperti lansia, penyandang disabilitas, atau keluarga dengan anak kecil dapat merasakan pengalaman wisata alam tanpa harus melakukan perjalanan fisik yang berat. Ini menciptakan bentuk pariwisata yang lebih inklusif.
Mengurangi Tekanan di Jalur Pendakian
Kehadiran jalur alternatif seperti kereta gantung berpotensi mengurangi beban jalur pendakian tradisional yang kerap mengalami overkapasitas. Erosi tanah, penumpukan sampah, dan kerusakan vegetasi adalah masalah umum akibat tingginya jumlah pendaki. Dengan kereta gantung, wisatawan dapat diarahkan ke rute yang lebih terkendali dan minim gangguan terhadap ekosistem.
Pendorong Ekonomi Masyarakat Lokal
Pembangunan dan pengoperasian kereta gantung akan membuka peluang usaha dan lapangan kerja baru di sektor pariwisata. Warga di sekitar kawasan dapat mengambil peran dalam berbagai layanan pendukung, mulai dari transportasi lokal, penyediaan makanan, penginapan, hingga produk suvenir. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat desa-desa penyangga.
Penguatan Wisata Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan
Dengan pendekatan perencanaan yang matang dan penggunaan teknologi rendah emisi, kereta gantung dapat menjadi contoh pengembangan wisata yang ramah lingkungan. Jalurnya yang tidak masuk ke zona inti taman nasional menjadi upaya awal dalam menjaga kelestarian kawasan. Penggunaan sistem tertutup, pengelolaan limbah, dan pembatasan jumlah pengunjung melalui jalur ini juga menjadi bagian dari strategi pengendalian dampak.
Penataan Kunjungan yang Lebih Terkontrol
Kereta gantung memungkinkan pengelola wisata mengatur arus kunjungan secara lebih sistematis. Ini berkontribusi terhadap pengawasan konservasi, pengumpulan data wisatawan, serta peningkatan pelayanan dan keamanan. Pengunjung dapat diarahkan ke titik-titik tertentu tanpa menyebar liar ke zona-zona sensitif.
Dampak Negatif Kereta Gantung Rinjani
Degradasi Ekosistem dan Satwa Liar
Pembangunan infrastruktur besar, meskipun berada di luar kawasan inti taman nasional, tetap berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem. Proses konstruksi seperti pembukaan lahan, penggalian tanah, dan pemasangan tiang-tiang penyangga akan mengubah bentang alam dan mengganggu habitat satwa liar.
Kereta gantung memang tidak memiliki tapak fisik sepanjang jalur seperti jalan aspal, tetapi pembangunan dan aktivitas manusia di sekitar titik awal dan akhir stasiun tetap bisa memicu kerusakan hutan, gangguan pada pola migrasi satwa, serta meningkatnya risiko perburuan dan eksploitasi sumber daya alam di sekitarnya.
Risiko Komersialisasi dan Hilangnya Nilai Sakral
Gunung Rinjani bukan hanya kawasan alam biasa. Ia memiliki makna spiritual dan kultural yang dalam bagi masyarakat lokal, khususnya suku Sasak dan komunitas Hindu Lombok. Rinjani dianggap sebagai gunung suci dan menjadi tempat ritual keagamaan.
Masuknya kereta gantung dan arus wisatawan dalam jumlah besar dikhawatirkan akan menggeser makna spiritual gunung tersebut menjadi sekadar obyek wisata komersial. Sakralitas dan kehormatan terhadap alam bisa terpinggirkan oleh kepentingan ekonomi dan visualisasi wisata semata.
Tekanan Sosial dan Ketimpangan Ekonomi
Jika proyek kereta gantung hanya dikendalikan oleh investor besar tanpa melibatkan masyarakat lokal secara aktif, maka manfaat ekonomi yang dijanjikan bisa menjadi ilusi. Masyarakat sekitar justru berisiko hanya menjadi penonton atau buruh murah, sementara keuntungan dinikmati segelintir pemodal.
Selain itu, ketimpangan sosial dapat muncul ketika akses ke kawasan dibatasi untuk tujuan eksklusif atau tarif yang tidak terjangkau oleh warga lokal. Hal ini dapat menimbulkan konflik sosial dan ketidakpuasan yang berlarut.
Preseden Berbahaya bagi Kawasan Konservasi Lain
Rinjani termasuk taman nasional yang dilindungi oleh regulasi konservasi. Jika proyek kereta gantung di kawasan ini lolos tanpa kritik atau kajian mendalam, hal itu bisa menjadi preseden berbahaya: kawasan konservasi lain di Indonesia dapat ikut dibuka untuk proyek serupa dengan dalih pengembangan pariwisata.
Hal ini akan melemahkan fungsi konservasi taman nasional sebagai benteng terakhir perlindungan keanekaragaman hayati. Ketika investasi lebih diprioritaskan ketimbang perlindungan lingkungan, keberlanjutan jangka panjang menjadi taruhannya.
Peningkatan Sampah dan Beban Daya Dukung
Masuknya wisatawan dalam jumlah besar melalui jalur kereta gantung dapat meningkatkan volume sampah di kawasan pegunungan. Tanpa sistem pengelolaan yang disiplin, limbah plastik, makanan, dan kotoran manusia bisa mencemari hutan, air, dan danau Segara Anak.
Daya dukung ekosistem Rinjani memiliki batas. Ketika kunjungan tidak diatur dengan cermat, beban pada fasilitas, sumber air, dan jalur wisata bisa melampaui kapasitas alami, yang pada akhirnya merusak lingkungan secara perlahan namun pasti.
