KORANNTB.com – Warga di Lombok mengalami kesulitan mencari gas elpiji 3 kg di tengah maulid nabi saat ini. Imbasnya, Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) di Kuripan Lombok Barat diserbu warga mencari gas pada Selasa, 16 September 2025.

“Ini kita mau masak pakai apa, semua tidak aja yang jual. Sekarang kita ke sini mau beli di sini. Bukan kita minta, kita mau beli!” kata Ira seorang warga yang menunggu di depan SPPBE, Selasa siang.

Kelangkaan gas melon ini dirasakan banyak warga di wilayah Lombok Barat sejak beberapa hari belakangan ini. Warga harus berkeliling mencari lokasi pembelian gas di kios-kios dan toko. Namun, tidak ada satupun yang menjual.

Sementara di media sosial, banyak warga Lombok yang mengeluhkan kasus serupa. Bahkan mereka berbagi lokasi warung atau pengecer yang menyediakan gas 3 kg kepada warga lainnya untuk saling membantu memenuhi kebutuhan gas elpiji.

Wilayah Gerung Lombok Barat, warga sejak pagi tadi keliling mencari gas melon.

“Ya Allah, di mana lagi kita cari ini,” kata seorang warga yang tidak mendapatkan gas di depan warung yang sehari-harinya menjual gas.

Tidak jauh dari warung tersebut, banyak warga juga membawa gas melon dari rumah mereka untuk membeli. Sayangnya, tidak ada satu tempat pun di sana yang menjual. Sesekali terlihat sepeda motor melintas yang membawa satu biji gas elpiji 3 kg, mata warga langsung tertuju padanya, sambil saling bertanya di mana dia mendapatkannya.

Pemprov Bantah Kelangkaan

Pemprov NTB sendiri sebenarnya telah mencoba melakukan mitigasi kepada Sales Area Manager (SAM) Retail NTB PT Pertamina Patra Niaga. Dalam surat bernomor: 500/219/Ekon-II-2025 pada 8 September 2025, memohon penahmbahan alokasi kuota harian LPG 3 kg yang hingga awal bulan September sudah mencapai titik kritis dari jatah kuota yang sudah ditetapkan Dirjen Migas.

Melalui surat yang ditandatangani Pj Sekda NTB, Lalu Faozal, Pemprov meminta tambahan kuota 150 ribu tabung. Meski demikian permohonan tersebut sangat terlambat memasuki perayaan maulid di NTB.

Sayangnya permohonan tersebut tidak ditindaklanjuti hingga terjadi kelangkaan saat ini.

Bicara soal kelangkaan, diksi tersebut dikritisi Sekretaris Dinas ESDM Provinsi NTB, Niken Arumdati. Dia mengatakan, pasokan masih utuh, hanya saja terjadi lonjakan permintaan saat maulid.

“Mungkin perlu saya luruskan, kurang tepat menggunakan diksi kelangkaan karena pasokannya masih normal. Yang ada hanya lonjakan yang sifatnya temporer,” ujarnya usai melakukan rakor bersama Pertamina, Hiswana Migas dan Disdag Lombok Barat di SPPBE Kuripan.

Dia mengatakan Pemprov juga sudah bersurat ke kementerian dan Pertamina untuk memenuhi pasokan.

“Sebenarnya sudah ada surat dari Sekda Provinsi ditujukan ke kementerian kemudian ke Pertamina untuk extra dropping. Jadi itu untuk mengantisipasi lonjakan yang terjadi di minggu ini karena maulidan,” katanya.

Meskipun surat permohonan sudah dikirim, namun penambahakan kuota tidak terjadi. Itu disebut karena membutuhkan proses yang berjenjang.

“Mandek karena ini butuh persetujuan secara berjenjang. Jadi karena kuota persetujuan ada di Kementerian ESDM Dirjen Migas jadi berlaku proses,” katanya.

Niken menjelaskan sudah berkoordinasi untuk meminta penyediaan stok tambahan untuk memenuhi kebutuhan di masyarakat.

“Kami sudah berkoordinasi dengan Pertamina untuk extra dropping dan lebih awal waktunya, juga frekuensi diperbanyak, kalau misalnya seminggu sekali mungkin bisa 2-3 hari sekali,” katanya.

Lebih lanjut, dia menyebut tidak semua wilayah terjadi kelangkaan. Hanya terjadi lonjakan demand (permintaan) di wilayah yang menggelar maulid. “Tidak semua titik cuma tempat yang melakukan maulid.”

Truk bermuatan gas elpiji 3 kg di SPPBE Kuripan
Truk bermuatan gas elpiji 3 kg di SPPBE Kuripan

Pertamina Bantah Gagal Mitigasi

Pihak Pertamina Patra Niaga yang dihubungi menolak untuk menjawab langsung. Mereka meminta menjawab melalui siaran persnya.

Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, Ahad Rahedi melalui siaran pers menjelaskan terkait alur distribusi LPG.

“LPG disalurkan melalui SPBE ke agen dan kemudian disalurkan ke titik akhir distribusi di pangkalan. Pertamina telah mengarahkan masyarakat yang melakukan aksi demo di SPBE untuk bisa melakukan pembelian di pangkalan terdekat yang telah disuplai,” ujarnya.

Demand LPG bersubsidi 3 kg masih tinggi sejak Maulid lalu karena masih banyak masyarakat yang menggelar acara Maulid.”

Dia menjelaskan, Pertamina sudah melakukan mitigasi pada Maulid lalu melalui tambahan pasokan penyaluran fakultatif.

“Stok di pangkalan sudah dilakukan pengecekan dan dipastikan aman dan mencukupi kebutuhan masyarakat di Kabupaten Lombok Barat dan sekitarnya,” tegas Ahad.

Selanjutnya Ahad menjelaskan, untuk di level pengecer sendiri sesuai aturan pemerintah penyaluran diberikan 10% dari alokasi pangkalan dengan prioritas penyaluran pangkalan adalah ke konsumen langsung daripada pengecer. ”

Masyarakat pun tak henti-hentinya kami imbau untuk melakukan pembelian di pangkalan resmi Pertamina agar bisa mendapatkan LPG sesuai HET dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai,” kata dia.

Hiswana Migas: Tidak Langka

Plt Ketua Hiswana Migas NTB, Dwi Aquareza membantah menyebut terjadi kelangkaan.

“Yang kita sebut kelangkaan kalau di sini SPPBE tidak ada gas, di depo tidak ada gas baru kelangkaan. Kalau ini penyaluran tidak ada, cuma memang menurut kami ada kenaikan konsumsi dari masyarakat,” ujarnya.

Dia mengatakan akan melakukan operasi pasar untuk mengatasi kesulitan masyarakat mendapatkan gas. Operasi pasar untuk menjual gas hasil pertambahan kuota.

“Mitigasi dari kami dengan Pertamina akan melakukan operasi pasar, besok koordinasi dengan Bupati Lombok Barat,” ujarnya.

Soal harga yang tinggi, dia mengatakan harga gas melon yang tinggi bukan di pangkalan, namun mungkin saja di pengecer.

“Kalau pangkalan kami jamin tidak dijual di atas HET,” katanya.

Aquareza menjelaskan saat ini memang NTB telah dikurangi jatah untuk kebutuhan gas 3 kg. Itu disinyalir menjadi penyebab kelangkaan terjadi.

“Memang kondisinya NTB secara nasional itu dikurangi jatahnya 1,5 persen. Pertamina punya data,” ujarnya.

Dia mengatakan Pertamina tidak lambat memberikan kuota, namun karena pemerintah pusat yang tidak memenuhi penambahan kuota untuk wilayah NTB.

***

Sebagian besar narasumber kami membantah soal kelangkaan gas elpiji 3 kg di lapangan, meskipun fakta yang media ini temukan berbeda.

Para narasumber berdalih gas elpiji 3 kg tidak langka, namun karena lonjakan permintaan warga saat maulid.

Narasi yang mereka sampaikan lebih ke level penyebab, bukan ke level akibat. Padahal jika peristiwa ini disederhanakan, menjadi: kelangkaan disebabkan permintaan gas yang tinggi.