KORANNTB.com — Koalisi Stop Joki Anak menyatakan keberatan atas wacana Wali Kota Bima yang ingin lebih sering mengadakan lomba pacuan kuda. Koalisi menilai langkah tersebut mengabaikan keselamatan anak yang masih dijadikan joki cilik, sementara catatan mereka menunjukkan sudah ada lima korban jiwa akibat praktik ini.

Selain itu, Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) NTB bersama Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Kabupaten Sumbawa melakukan riset tiga hari, pada 24–26 September 2025, terkait fenomena joki cilik. BRIDA menyebut riset ini sebagai langkah awal merumuskan kebijakan yang melindungi anak tanpa mengabaikan budaya lokal.

Namun, Koalisi Stop Joki Anak menilai riset tersebut tidak menyentuh akar persoalan. Mereka menyoroti fakta bahwa seluruh korban tewas adalah anak-anak dari Bima dan Dompu, sementara arena pacuan kuda paling banyak berada di wilayah tersebut.

“Kami koalisi jadi meragukan penelitian yang dilakukan BRIDA ini, sungguh-sungguh untuk mencarikan solusi terbaik atau hanya sekedar menghamburkan anggaran,” tegas Ketua PBHM NTB yang juga perwakilan koalisi, Yan Mangandar Putra.

Ia menambahkan, dalam satu perlombaan bisa ada sekitar 12 anak berusia di bawah 10 tahun yang dipaksa menjadi joki untuk lebih dari 700 kuda milik pejabat, aparat, pengusaha, maupun pegawai. Anak-anak tersebut, menurutnya, ditempatkan pada posisi yang berbahaya bagi nyawa mereka, ditambah dengan maraknya perjudian yang dibekingi aparat.

Koalisi juga memantau langsung gelaran Pacuan Kuda Tradisional Wali Kota Bima Cup pada 31 Agustus–4 September 2025. Dalam ajang itu, mereka menemukan anak-anak di bawah 10 tahun dijadikan joki untuk kuda kelas dewasa, beberapa di antaranya terjatuh, sementara praktik perjudian berlangsung terbuka dengan tiket masuk Rp10.000 yang dijaga aparat.

Koalisi Stop Joki Anak menilai pemerintah provinsi hingga kini tidak pernah serius memberikan perlindungan anak. “Masih butuh berapa banyak nyawa anak lagi untuk menyadarkan pemerintah daerah bahwa kita harus stop joki anak!!!” kata Yan Mangandar.