KORANNTB.com – Musim rambutan pada 2025 mengalami keterlambatan di sejumlah wilayah Indonesia. Kondisi ini membuat pasokan buah rambutan sempat langka di pasaran, terutama pada pertengahan tahun.

Seorang petani rambutan di Subang, Jawa Barat, Isti Sitihindun (35) mengakui ada keterlambatan musim panen disbanding tahun sebelumnya.

“Biasanya rambutan mulai berbunga di bulan Juni dan bisa dipanen sekitar Desember sampai Februari. Tapi karena hujan masih turun di Juli dan Agustus, banyak pohon yang tidak berbunga, malah tumbuh daun baru,” ujarnya disadur dari cobisnis.com.

Penyebab Rambutan Terlambat Berbuah

Keterlambatan panen rambutan dipengaruhi beberapa faktor utama. Salah satunya anomali cuaca dengan curah hujan tinggi yang terjadi hampir sepanjang tahun. Padahal, pohon rambutan membutuhkan masa kering atau kemarau sekitar tiga bulan untuk merangsang pembungaan. Hujan yang turun terus-menerus menyebabkan tingkat kelembapan terlalu tinggi, sehingga pohon sulit berbunga dan bunga yang muncul banyak yang rontok.

Selain itu, pergeseran musim turut berperan. Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat awal musim kemarau 2025 di sekitar 29 persen wilayah Indonesia mengalami pemunduran. Kondisi ini berdampak langsung pada mundurnya siklus pembungaan dan pembuahan rambutan.

Faktor lain berasal dari kondisi alami tanaman. Banyak pohon rambutan memasuki fase istirahat atau pemulihan setelah mengalami panen besar pada tahun sebelumnya. Akibatnya, produktivitas rambutan pada 2025 menurun di sejumlah sentra produksi.

Serangan hama dan penyakit juga memperparah kondisi. Beberapa daerah melaporkan adanya wabah penyakit tanaman seperti embun tepung serta serangan kutu kebul yang menyebabkan gagal panen di sebagian kebun rambutan.

Meski sempat terasa menghilang di pasaran pada pertengahan tahun, kondisi mulai membaik menjelang akhir 2025. Panen buah tropis ini kembali terlihat di beberapa daerah sejak Desember 2025, meskipun volumenya belum sepenuhnya normal.