Lombok Tengah – Terkesan buram, korban gempa yang berada di Dusun Selebung Desa Mantang Kabupaten Lombok Tengah luput dari perhatian pemerintah. Khususnya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lombok Tengah.

Fakta lapangan di 8 Dusun dari 16 Dusun di Desa ini tentunya menjadi potret citra buruk. Di mana sedikitnya 168 Kepala Keluarga pasca gempa dahsyat 7 SR awal bulan lalu, hingga kini masih bertahan di beberapa titik tenda pengungsian swadaya. Meski banyak di antara para pengungsi tersebut yang akhirnya berpindah – pindah tenda pengungsian lantaran minimnya bantuan khususnya tenda atau terpal yang dikatakannya sebagai rumah sementara.

Masih terpancar raut keresahan dari para warga korban gempa ini, hanya karena Kepala Daerah yang dibanggakannya belum berbuat banyak untuk pemulihan kondisi daerah pasca gempa ini. Terlebih harapan untuk merekonstruksi bangunan rumah dan fasilitas umum yang kini telah menjadi puing reruntuhan.

“Sudah kami ajukan permintaan bantuan ke Pemkab Loteng, menggunakan data acuan sementara. Artinya biar warga ini cepat bisa dibantu ditangani dulu, tapi sampe sekarang belum ada terlihat. Kami hanya mendapatkan bantuan seadanya dari donatur swasta meski bantuan itu tidak bisa mengcover secara keseluruhan jumlah korban yang terdampak,” kata Sekretaris Desa Selebung, Usman, saat ditemui pada Kamis (16/8).

Beruntung warga masih memiliki dapur umum yang kini menjadi harapan para korban gempa untuk bertahan hidup sementara waktu. Dari dapur umum yang digagas oleh DPD RI Baiq Dyah Ratu Ganefi dan Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) NTB bekerjasama dengan Pemerintah Desa, setiap 400 bungkus nasi pada siang dan sore hari terus didistribusikan setiap hari.

“Makanan ini kita distribusikan untuk 16 Dusun, namun tidak secara menyeluruh sekaligus kita bagikan tapi secara bergilir. Misalnya hari ini Dusun ini, besoknya Dusun lain dan begitu seterusnya disesuaikan dengan yang membutuhkan,” ucap Suhartiningsih, Ketua DPC IWAPI Kabupaten Lombok Tengah selaku penanggungjawab.

Mesii demikian berdirinya dapur umum bagi korban gempa di Desa ini tak lantas dapat berperan secara maksimal. Kurangnya tenaga yang memasak, kerap kali menjadi kendala dalam pendistribusian makanan ke setiap posko pengungsian dari 16 Dusun yang ada. Ini menurutnya karen para ibu – ibu pemasak yang juga menjadi korban gempa, masih was – was dan memiliki tanggungjawab juga bagi keluarganya yang berada di pengungsian.

“Kurang tenaga yang memasak. Ibu-ibu di sini masih was was antara menjaga keluarga dengan menjadi relawan yang memasak. Karena di sini juga apa yang kita dapatkan sumbangan itu yang kita olah menjadi makanan sehari-hari,” sambung wanita yang akrab disapa Ibu Ning ini.

Dirinya sangat mengapresiasi kiprah sosial dari IWAPI dalam membangun kepedulian terhadap korban gempa di Lombok. Ibu Ning mengatakan, selama dapur umum ini masih didampingi Baiq Diyah Ratu Ganefi dan IWAPI, korban gempa Desa Selebung dapat tertangani dengan baik meski bersifat seadanya.

Dari dapur umum ini juga segala bantuan yang masuk dari pihak swasta tertampung. Bahkan telah diserahkan langsung ke lokasi posko pengungsian sesuai permintaan dari donatur tersebut.

“Sudah banyak donatur yang saya bawa untuk meninjau lokasi, itu langsung diserbu bantuannya. Jadi terkadang kita serba salah jadinya ketika satu dusun dikunjungi tapi dusun yang lain tidak,” tutupnya. (st)