MATARAM – Calon legislatif (Caleg) DPR RI dapil Lombok nomor urut 1 dari Partai Gerindra H Bambang Kristiono (HBK) prihatin dengan jatuhnya harga cabai dan bawang merah.

HBK bertandang ke Kelompok Tani (Poktan) Bijaksari di Kelurahan Cakranegara Utara, Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram. HBK datang bersama istri Hj Dian BK untuk melihat pertanian hortikultura.

 

“Saya ingin mendengar langsung seperti apa kondisi harga cabai dan bawang merah,” katanya, Rabu (10/10).

 

Dijelaskan, dari cerita Ketua Poktan Bijaksari Muzaidi, kondisi panen cabai dan bawang merah harganya memprihatinkan. Cabai tidak dipanen, disebabkan harga cabai yang hancur, satu kilo hanya Rp 3.000. Sedangkan ongkos panen satu kilogram Rp 2.000.

 

“Saya putuskan, tidak usah dipanen biarkan saja sudah,” kata Muzaidi pada HBK.

 

HBK pun meminta Muzaidi menunjukkan lahan pertanian cabai miliknya. Di lahan seluas lima hektare HBK memperhatikan cabai merah nan ranum. Namun, sudah keriput karena tidak dipanen. Padahal seharusnya cabe ini menyejahterakan petani. “Bagus-bagus padahal ini cabainya,” ujar HBK.

 

Cerita Muzaidi berlanjut, pada soal bawang merah. Harganya juga hancur lebur. Ada stok digudang hingga 9 ton. Problemnya, bila bawang merah dijual harganya tidak menguntungkan. Ia bermimpi, hasil produksi hortikultura ini bisa diolah. Tentu untuk mengolahnya butuh alat. Serius HBK mendengarkan cerita Muzaidi.

 

“Dalam kondisi seperti ini memang harus ada langkah lanjutan Pak. Tidak bisa kalau harga jatuh, cabai dan bawang dibiarkan,” ucap HBK.

 

HBK melanjutkan, tidak ada jalan lain bagi petani saat kondisi harga komoditi jatuh, selain dengan pengolahan hasil hortikultura. Hasil tanam diolah menjadi aneka produk.

 

“Cabai ini kan bisa diolah jadi bubuk cabai. Sementara bawang dibuat bawang goreng,” bebernya.

 

“Harga yang sudah diolah itu akan lebih tinggi,” sambungnya.

 

Pengolahan ini, tambah HBK, akan meningkatkan nilai penjualan. Tentu saja, petani harus diberi bekal yang benar bagaimana pengolahan hasil hortikultura ini.

 

“Harus diolah yang baik tidak asal-asalan,” tandasnya.

 

Sementara untuk pasar, suami Hj Dian ini menyebut, era saat ini sudah sangat maju. Untuk penjualan bisa menggunakan strategi online, baik di media sosial maupun toko online.

 

“Nanti kalau butuh pengetahuan soal jual beli online, kami akan bantu,” imbuhnya.

 

Mengenai alat pengolahan untuk bawang merah, HBK berjanji akan membantu. Alat tersebut segera dikirim ke Kota Mataram dalam waktu dekat. “Ya, kita ingin poktan ini jadi pilot project pengolahan hasil,” tukasnya. (red)