Lombok Timur Memasuki bulan ke lima pascagempa Lombok, masyarakat terdampak mulai bangkit. Namun, kendala bayi atau anak-anak yang kekurangan gizi masih ditemukan.

Guna memenuhi pasokan gizi pada anak-anak korban gempa, Aksi Cepat Tanggap (ACT) menginisiasi program Bengkel Gizi Terpadu (BeGiTu) sebagai pusat pemulihan gizi, dengan tujuan membangun derajat kesehatan melalui proses rehabilitasi terpadu, sekaligus partisipatif.

“Program yang telah hadir sejak 2010 ini, kini digulirkan di Lombok dalam rangka memulihkan kondisi kesehatan anak-anak yang terjangkit malnutrisi di Lombok,” ungkap Koordinator Program BeGiTu, Nurjannatunaim, Kamis, 29 November 2018.

Kehadiran program ini ditopang dari dana zakat masyarakat Indonesia yang disalurkan melalui Global Zakat-ACT.

Program tersebut pertama kali dilakukan di Kecamatan Sembalun, Lombok Timur. Kecamatan tersebut merupakan kecamatan yang pertamakali dihantam gempa sebelum gempa 7,0 magnitudo yang berpusat di Lombok Utara.

Ratusan anak yang terindikasi gizi buruk maupun kurang gizi hadir untuk mendapatkan pelayanan gizi terpadu. Bersama para orang tua, anak-anak itu melakukan penimbangan bobot tubuh sekaligus pemeriksaan kesehatan.

“Dari 129 anak yang diperiksa, sebanyak 36 anak terindikasi gizi buruk, sementara 56 sisanya terindikasi gizi kurang,” ungkapnya.

Program ini nantinya akan berlangsung secara berkala. Anak-anak yang telah melakukan pemeriksaan dan dinyatakan positif menderita malnutrisi akan mendapatkan pelayanan kesehatan gizi.

“Tim kami akan datang secara rutin ke daerah mereka untuk melakukan pendampingan, meliputi penimbangan dan konsultasi gizi,” jelasnya.

Anak-anak juga akan mendapat paket pangan bergizi secara gratis untuk menopang proses rehabilitasi gizi mereka.

Tidak berhenti sampai di sana, kata Nur, para orang tua juga nantinya akan turut serta dalam fase pemulihan gizi sang anak. Tim BeGiTu-ACT akan memberikan edukasi kepada para orang tua tentang pola hidup sehat pola asuh anak.

“Tentu kami juga akan memberikan wawasan tentang kecukupan gizi untuk keluarga, sekaligus tentang air dan sanitasi (watsan),” jelasnya.

Usai memberikan wawasan dan penyuluhan, ACT juga akan melakukan pemberdayaan keluarga berupa modal dan keterampilan untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Sehingga nantinya mereka bisa secara mandiri menopang pola hidup sehat keluarganya sendiri.

“Apabila sudah kami berikan, Insyaalah sedikit banyak akan mengurangi penderita malnutrisi pada anak. Semoga program BeGiTu bisa terus berjalan membersamai lebih banyak masyarakat agar sadar akan pentingnya kemampuan dalam memenuhi makanan yang bergizi,” pungkas Nur. (red)