MataramGoogle yang merupakan perusahaan search engine terbesar di dunia menggelar pelatihan ‘Google News Initiative Training Network’, Sabtu (1/12) dan Minggu (2/12) di Mataram.Acara tersebut bekerjasama dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Acara  workshop digelar di Hotel Grand Legi Mataram, sebagai upaya memberi pemahaman kepada jurnalis dalam menangkal informasi hoax dengan sejumlah produk tools milik Google.

Dua trainner, Bina Karos dan Arsito Hidayatullah memberikan pemahaman dan pembelajaran teknis mengenai kebersihan data digital (digital hygiene), analisa dasar atas informasi, pencarian dan penelusuran data, serta beragam tools cara identifikasi informasi, data dan foto berkonten hoax.

Dihadiri 25  jurnalis dari sejumlah media di NTB,  mendapat gambaran bagaimana misi  yang diemban google dan jurnalis dalam rangka menyebarkan informasi yang benar di era ‘banjir bandang’ hoax.

“Sebab Google melihat salah satu yang menjadi rujukan menyebarkan konten kebenaran itu adalah melalui jurnalistik. Intinya, bagaimana masyarakat ketika searching di google adalah konten yang benar,” kata Bina Karos.

Menurut pengurus fotografer freelance yang juga pengurus AJI Indonesia ini, era digitalisasi tidak bisa dihindari, sebaliknya media dan jurnalis harus mampu beradaptasi.

Era banjir informasi sejalan dengan lahirnya penerbitan media online yang mencapai 70.000 situs dan diverifikasi mencapai 40.000. Dari jumlah itu, yang terverifikasi Dewan Pers (DP) kurang dari 200 situs dinilai menjalankan pedoman dan standard perusahaan media.

Data ini menurut Pak Ci, sebutan akrab Bina Karos, menunjukkan bahwa jurnalis harus familiar dengan teknologi dengan terus mengikuti perkembangan berbagai konten digital. Dengan memahami karakteristik kerja digital, dapat dikenali sumber dan pangkal informasi hoax, lantas kemudian mampu ditangkal.

Dua istilah untuk mengenali informasi hoax. Pertama, misinformasi, adalah  informasi yang salah namun orang yang membagikan percaya itu benar. Motifnya untuk satire (parodi), menyesatkan, aspal, manipulatif.  Kedua, disinformasi, adalah informasi yang salah dan orang yang membagikannya itu tahu salah untuk tujuan propaganda dan mempengaruhi pikiran orang lain.

Sejumlah tools diperkenalkan dalam materi itu, seperti image.google.com  dan  Rev Eye Reserve Image Search berfungsi untuk memverifikasi foto.

Acara  workshop Google dan AJI digelar di Hotel Grand Legi Mataram“Tools ini berfungsi untuk mengecek kebenaran foto yang biasanya dicuri oleh situs abal abal,” sambung Hidayatullah.

Platform Google juga menyediakan tools seperti Tineye dan ImgOps.  Akun di sosial media juga dapat ditembus dengan tools Google untuk  profiling akun pihak yang dianggap perlu untuk diidentifikasi. Seperti tools twitter advanced search dan Twopcharts. Akun Facebook dapat dilacak dengan  people find thor dan intel techniques.

Ditambahkan jurnalis di suara.com ini, jika tidak melihat konten asli, maka semakin besar kemungkinan tertipu dalam hal autentifikasi konten hoax. Jurnalis diajak mengenali situs abal abal yang hanya memburu traffict dan klikbite, yakni cenderung dramatis dan berlebihan serta menggunakan bahasa bombastis.

Selama dua hari, dituntun juga oleh koordinator program Febriana Galuh, misi Google  untuk mendorong jurnalis ikut menghasilkan karya jurnalistik yang terverifikasi dan dipercaya melalui riset dan program.

Sehari sebelumnya  google digelar half day basic training untuk berbagai kalangan. Mulai dari mahasisa, LSM, akademisi, blogger, aparat Polri dan sejumlah ASN.  Pelatihan setengah hari itu juga mengenalkan cara ber internet  dengan sehat, mengenali hoax dan berbagai upaya menangkalnya. (red)