KoranNTB.com – Di balik meningkatnya permusuhan antara para pendukung Jokowi maupun Prabowo di media sosial atau medsos, ada tim IT kedua calon yang berpacu meningkatkan elektabilitas calonnya melalui medsos.

Framing dan branding informasi dilakukan untuk mengidentifikasi calon yang mereka ungguli dengan prestasi masing-masing. Tapi tidak jarang, isu negatif pada calon lawan ikut diframing untuk menggiring opini negatif yang disertai narasi negatif untuk dikonsumsi masyarakat.

Seorang tim IT Jokowi yang enggan menyebut namanya, mengatakan jelang Pilpres 2019 ini, banyak peperangan di media sosial antara para tim IT. Paling sering terjadi adalah “perang keyword.”

“Tim berupaya memininalkan nama calon lawan agar keyword tidak terbaca mesin,” ungkapnya belum lama ini.

Setiap pendukung atau buzzer berupaya tidak menyebutkan nama calon lawan agar menghindari nama tersebut masuk pada tranding pencarian google. Karena jika masuk tranding pencarian, maka masyarakat pengguna medsos dengan  mudah temukan informasi tentang calon tersebut.

Misalnya, nama calon presiden Joko Widodo, oleh pendukung Prabowo Subianto menggunakan nama lain, seperti Jaenudin Naciro, Jokodok dan lainnya. Itu untuk meminimalisir keyword dengan kata “Jokowi” masuk tranding.

Hal sama juga dilakukan pendukung Jokowi, tidak menyebutkan nama Prabowo secara langsung. Melainkan dengan nama yang mereka ciptakan sendiri.

Masyarakat yang tidak mengetahui soal perang keyword ini, akan ikut-ikutan menyebutkan nama calon lawan tidak sesuai dengan nama asli. Bagi masyarakat yang tidak mengerti, nama itu hanya bentuk kritikan atau guyonan, tapi tidak untuk tim IT.

Tidak hanya nama calon presiden, tetapi nama pendukung mereka ikut diubah. Seperti panggilan cebong untuk pendukung Jokowi dan panggilan kampret untuk pendukung Prabowo. Itu semua agar nama pendukung atau relawan tidak masuk peringkat atas keyword pencarian.

Nama cebong (kecebong) lahir saat Jokowi menunjukkan kodok yang ada di kolam istana. Dengan kata lain oleh pendukung Prabowo, cebong diartikan sebagai pendukung Jokowi.

Tidak ingin nama mereka diidentikkan dengan nama hewan, pendukung Jokowi memanggil pendukung Prabowo dengan sebutan kampret (kelelawar). Karena kelelawar cara tidurnya terbalik, diidentikkan dengan pendukung Prabowo yang selalu melihat prestasi Jokowi dengan terbalik. Misalnya, saat Jokowi blusukan dituding pura-pura merakyat, atau saat Jokowi membangun infrastruktur dituding dari utang dan sebagainya.

Lainnya seperti ”si mulut jamban”, ”kaum bumi datar”, ”cebonger”, ”bani taplak”, ”bani serbet”, dan lain-lain. Sebagaimana diketahui, pada Pilkada DKI 2017, pendukung Ahok juga merangkap kubu Jokowi, sedangkan pendukung Anies Baswedan merangkap kubu Prabowo. Bahkan nama seperti “kaum gurun”, “onta” juga disematkan untuk pendukung Prabowo.

Kini, sedikitnya ada tiga hastag yang dikeluarkan tim IT Jokowi untuk diviralkan di medsos. Ketiga adalah #Jokowiorangbaik, #01indonesiamaju dan #Jelasislamnya.

Tim IT Jokowi juga lebih fokus mengungkap keberhasilan Jokowi untuk dikampanyekan di medsos. Hal tersebut karena mereka memiliki data lengkap terkait keberhasilan Jokowi selama memimpin Indonesia. Ini sangat sulit diimbangi oleh tim IT Prabowo, karena Prabowo belum ada catatan memimpin daerah atau negara.

Untuk membendung luasnya arus kampanye Jokowi di medsos, maka tim IT Prabowo membendung dengan mencari kelasahan atau prestasi buruk Jokowi. Isu miring pun digiring seperti utang, China, PKI, kriminalisasi ulama dan lainnya. Namun ini sangat realistis dilakukan tim IT di tengah keringnya prestasi Prabowo.

Perang medsos tersebut diprediksi akan semakin masif terjadi jelang Pilpres 2019 ini. (red)