Kisah Wahyu, Bimbing Anak Jalanan di NTB Sholat Berjamaah
KoranNTB.com – Seluruh anak binaan Balai Sosial Bina Remaja (BSBR) Karya Mandiri di Desa Bengkel, Kecamatan Labuapi, Lombok Barat diwajibkan melaksanakan shalat Zuhur secara berjamaah setiap harinya.
Bertempat di salah satu ruang aula yang berada di pojokan dan disulap menjadi mushala BSBR, anak-anak binaan yang berasal dari berbagai wilayah di NTB itu secara bergantian melaksanakan shalat Zuhur.
Kendati berada di bangunan mushala yang cukup sederhana, namun para siswa binaan beserta pengelola BSBR terlihat khusuk beribadah melaksanakan shalat Zuhur. Apalagi, usai shalat secara berjamaah, salah satu siswa diwajibkan secara bergilir mengisi kuliah tujuh menit (kultum).
“Kewajiban melaksanakan shalat secara berjamaah adalah kewajiban yang rutin kita lakukan untuk melatih kedisiplinan siswa binaan agar mereka memiliki kepekaan dan ketaatan sebagai umat islam,” ujar Kepala BSBR Karya Mandiri Bengkel, Wahyu Hidayat menjawab wartawan, Selasa, 26 Maret 2019.
Ia mengaku, bahwa puluhan anak-anak binaan itu, senantiasa dengan kesadaran pribadi melaksanakan shalat secara berjamaah. Menurut dia, yang terpenting pendidikan agama dikedepankan selain ketrampilan adalah menggugah kesadaran mereka.
Menurut Wahyu, awalnya program shalat berjamaah yang dilanjutkan kultum itu, sangat sulit diterima oleh para anak binaan. Hal itu menyusul, mereka datang ke panti dengan latar belakang berbeda. Yakni, ada yang sudah ditinggal orang tuanya sejak kecil, dan mereka tinggal di jalanan. Selanjutnya, ada diantaranya anak binaan yang berasal dari keluarga broken home, sehingga mereka menjadi sampah masyarakat.
“Tapi dengan pola pendekatan yang dilakukan para guru dan pihak panti dengan mendekati mereka satu per satu. Alhmdulillah, kini, kami tidak lagi perlu memaksa. Dan ini terbukti bahwa siswa BSBR Karya Mandiri, misalnya dalam hal baris pada apel pagi, saat sekarang ini secara teratur meluruskan barisannya sendiri banjar dan safnya. Ini merupakan buah dari kesadaran yang telah melekat di hati anak binaan,” jelas Wahyu.
Dirinya pun berharap, dengan kesadaran seperti itu, maka dapat meningkatkan kedisiplinan dalam menuntut ilmu.
“Khusus program pembelajaran di kelas, kami rutin mengundang para tutor dari luar. Harapannya, dengan berbagai pengalaman yang dimiliki para tutor dari berbagai profesi dapat mengasah mental anak-anak binaan untuk bisa terus optimis, serta tidak minder manakala sudah keluar dari lokasi panti,” tandas Wahyu Hidayat. (red/2)