OPINI: Rizki Handika Putra

KoranNTB.com – Sebuah film dokumenter tentang sisi kelam dunia pertambangan menjadi viral di jagat maya. Film berjudul “Sexy Killers” yang yang diunggah di YouTube tersebut, memikat perhatian jelang pencoblosan.

Jika menonton film dokumenter ini Anda akan berpikir bahwa film ini merupakan adegan film dewasa,  diawal videonya memperlihatkan pasangan yang sedang menikmati bulan madu.

Film yang dipublikasi oleh Watchdoc Image berdurasi hampir 1,5 jam itu mulai memperlihatkan penghabisan listrik dari barang elektronik. Film ini mengungkap asal muasal energi listrik di Indonesia. Siapa penikmat sesungguhnya dari bisnis baru bara sebagai pembangkit listrik, apa dampak tambang batubara bagi lingkungan dan bagi masyarakat. Semua dikupas habis dalam film tersebut.

Pada durasi 3.30 menit mulai dibuka tentang pertambangan batubara.  Pertambangan ini sudah merusak alam hingga menggusur rakyat kecil. Kehabisan air bersih, kekurangan air untuk irigasi sawah hingga rumah mereka rusak akibat pertambangan yang saking dekat dengan pemukiman warga. Ironisnya, korban jiwa melayang akibat tenggelam dari lubang bekas galian tambang, hingga kanker akibat menghirup asap industri batubara.

Ada hal menarik yang bagi saya ketika film dokumenter ini dipublis,  sebelum menjelang 17 April 2019 yang bertepatan dengan Pemilihan Umum. Ada banyak hal yang dibuka oleh film ini,  mulai dari penguasa tambang batu bara hingga pendiri perusahaan.

Pasangan Capres dan Cawapres dua kubu ditampilkan di film ini. Dari Kubu Jokowi-Amin dalam infografis  ada Luhut Binsar Panjaitan, Oesman Sapta Odang, hingga Jusuf Kalla. Bahkan anak Jokowi tidak luput disorot dalam film tersebut. Sedangkan, dari kubu Prabowo-Sandi ada Sandiaga Uno, Tommy Soeharto hingga Zulkifli Hasan. Mereka semua terlibat sebagai pemilik dari saham yang bergerak pada bidang energi batubara dan kelistrikan tersebut.

Sejak dipublikasikan di YouTube hingga opini ini ditulis sudah lebih dari 9,6 juta tayangan. Menjadi pertanyaan, mengapa film tersebut ditayangkan sebelum 17 April 2019? Bagi saya, film dokumenter ini ditujukan untuk  masyarakat agar lebih bijaksana dalam memilih pemimpin. Tidak tertipu daya oleh janji manis dari calon pemimpinnya yang selalu dikemas dengan penuh kasih sayang dan bersih akan penindasan. Selain itu, film ini juga ditunjukkan kepada para elit politik bahwa banyak hal yang ia rusak lalu menutup mata.

Lantas siapa yang dirugikan secara politik dalam film ini apakah 01 atau 02? Lupakan sejenak tentang politik,  mari kita menjaga alam kita dan hemat dengan energi. Jangan sampai kita asyik menikmati energi listrik lalu para penguasa tambang yang merusak alam tidur berbantal  uang dan yang sengsara saudara kita yang didekat pertambangan hingga anak cucu mereka.

Selamat menyaksikan: