sumber foto: PVMBG 2015

KoranNTB.com – Rinjani yang begitu kokoh dan menjadi gunung api tertinggi kedua di Indonesia, memiliki kembaran yang telah lama meletus.

Di samping Gunung Rinjani, terdapat Gunung Samalas yang meletus dahsyat pada 1257. Letusan Samalas meninggalkan kaldera Segara Anak dan kerucut Baru Jari dan kerucut Mas.

Samalas dan Rinjani menempel menjadi satu sebelum meletus dan menjadi awal yang buruk bagi dunia. Letusan Samalas menjadi penyumbang terbentuk bencana baru yang disebut zaman es kecil, membuat bencana hampir merata di seluruh dunia.

Rinjani dan Samalas merupakan dua gunung berapi kembar yang memiliki satu pasokan magma yang sama. Gunung tersebut ibarat manusia kembar siam yang tubuhnya saling menyatu.

Saat letusan Samalas, hampir seluruh Lombok ditutupi awan panas dan bencana terjadi di mana-mana. Gempa selama tujuh hari, tsunami hingga bencana pasca letusan membuat awal kehidupan mengerikan bagi umat manusia.

Akibat letusan tersebut menimbulkan awan panas dan berkurangnya intensitas penyinaran matahari hingga 11,5 watt per meter persegi di bawah normalnya. Di Eropa, hujan deras justru mengguyur di musim panas dan gugur pada 1257.

Tahun 1258 menghancurkan lahan pertanian di Inggris, Jerman Barat, Prancis dan Italia bagian utara, sehingga menciptakan kelaparan massal. Inggris yang sangat terpukul dari bencana ini. Pada petani bergerombol pergi ke London untuk mencari bahan makanan. Mereka putus asa. Raja Jerman kala itu, Richard of Cornwall berinisiatif mengumpulkan gandum dari Jerman dan Belanda untuk disumbangkan ke Inggris.

Sementara bencana di Lombok sendiri diabadikan dalam Babad Lombok dari bahasa Jawa Kawi (Jawa Kuno).

Gunung Rinjani longsor dan Gunung Samalas runtuh, banjir batu gemuruh, menghancurkan Desa Pamatan, rumah-rumah rubuh dan
hanyut terbawa lumpur, terapung-apung di lautan, penduduknya banyak yang mati (baris 274).

Tujuh hari lamanya, gempa dahsyat meruyak bumi, terdampar di Leneng (Lenek), diseret oleh batu gunung yang hanyut, manusia berlari semua, sebahagian lagi naik ke bukit (baris 275).

Bersembunyi di Jeringo, semua mengungsi sisa kerabat raja, berkumpul mereka di situ, ada yang mengungsi ke Samulia, Borok, Bandar, Pepumba dan Pasalun, Serowok, Piling, dan Ranggi, Sembalun, Pajang dan Sapit (baris 276).

Di Nangan dan Palemoran, batu besar dan gelundungan tanah, duri dan batu menyan, batu apung dan pasir, batu sedimen granit, dan batu cangku, jatuh di tengah daratan, mereka mengungsi ke Brang batun (baris 277).

Ada ke Pundung, Buak, Bakang, Tana’ Bea, Lembuak, Bebidas, sebagian ada mengungsi ke bumi Kembang, Kekrang, Pengadangan dan Puka hate-hate lungguh, sebagian ada yang sampai, datang ke Langko, Pejanggik (baris 278).

Semua mengungsi dengan ratunya, berlindung mereka di situ, di Lombok tempatnya diam, genap tujuh hari gempa itu, lalu membangun desa, di tempatnya masing-masing (baris 279).

Bencana tidak berakhir sampai di situ. Kisah selengkapnya dapat dibaca di sini: Gunung Rinjani dan Kisah Letusan Terdahsyat. (red)