KORANNTB.com – Salah satu tokoh masyarakat Mataram yang juga  calon potensial Walikota Kota Mataram, H Makmur Said (HMS), menyoroti perlunya wadah pengembangan potensi dan kreativitas untuk generasi milenial di Mataram.

Makmur Said menilai, Potensi generasi milenial di Mataram tidak kalah dari generasi milenial yang ada di kota-kota lain di Indonesia.

“Untuk itu potensi generasi milennial kota mataram perlu dielaborasi dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya  berinteraksi mengembangkan kapasitas dan skil yang dimiliki,” Kata HMS di Mataram, Selasa, 3 September 2019.

Mimpi besar Makmur Said ingin memberikan wadah dan fasilitas yang mendukung generasi milenial Mataram menelurkan kreasi dan aspirasinya. Dengan begitu, wajah Kota Mataram akan berbeda lantaran hidupnya aktivitas generasi milenial.

“Eksistensi generasi milennial Kota Mataram perlu tetap diberikan ruang dan spirit  agar ide dan gagasan kreatifnya bisa berguna dalam mensupport pembangunan,” ucap Mantan Sekda Kota Mataram ini.

Makmur Said melihat ruang bagi generasi milenial Mataram menyalurkan minat dan bakatnya perlu diperluas jangkauannya. Dia mencontohkan berbagai fasilitas umum seperti Taman Sangkareang dan Taman Udayana bisa ditambah dengan spot-spot lain agar menjadi ajang yang produktif buat warga kota.

“Kadang-kadang aspirasi kaum  milenial kurang di endorsment dalam mengambil kebijakan terkait tata kelola daerah,” ujar Makmur Said.

Ke depan, HMS  ingin merangkul dan menyerap aspirasi generasi milenial agar kebijakan yang dibuat mendukung kreativitas mereka dalam berkarya secara produktif, termasuk dengan menyediakan anggaran yang khusus dalam upaya mendukung tumbuhnya kreatifitas dari generasi muda milenial Kota Mataram.

“Saya punya mimpi memberikan ruang yang sebesar-besarnya bagi generasi milenial di Mataram. Dari kreativitas, generasi milenial akan menghidupkan Kota Mataram lebih indah ke depan,” tukasnya.

Selanjutnya Makmur Said mengakui mengajak generasi milenial untuk peduli pada sesuatu hal yang baru bukan pekerjaan yang mudah, jika tidak bisa masuk atau mengintegrasikan diri dengan kultur ataupun kebiasaan generasi milenial. Hal ini karena mereka memiliki tradisi tersendiri dalam mengidentifikasikan kelompok  dalam minat dan kegemaran di lingkungannya.

“Menggaet generasi millennials keruang yang berbeda dalam kesehariannya tanpa akulturasi sosial yang  matang , mustahil mendapatkan atensi maupun simpati dari kaum milenial ini,” pungkasnya. (red)