KORANNTB.com – Lembaga Kajian Sosial dan Politik M16 Mataram, memprediksi sebagian besar petahana tumbang dalam Pilkada NTB 2020.

Tujuh kabupaten dan kota di NTB yang menggelar Pilkada memiliki petahana yang sebagain tidak dapat maju karena telah dua periode, seperti Walikota Mataram, Bupati Lombok Tengah dan Bupati Dompu.

Sementara itu kata M16, petahana Bupati dan Wakil Bupati di KSB masih terlalu kuat dan digdaya untuk dikalahkan dalam Pilkada 2020 karena kepemimpinannya yang merakyat dan dicintai mayoritas masyarakat KSB.

Fenomena akan  bertumbangannya  petahana di Pilkada 2020 tanda-tandanya sudah mulai nampak dari berbagai opini ataupun permasalahan yang muncul di ruang publik.

“Ini sinyelemen awal atau warning bahwa kepemimpinan para petahana di berbagai kabupaten dan kota di NTB yang  muncul berbagai permasalahan tidak lagi kokoh atau mulai rapuh secara politik,” kata Direktur Mi6, Bambang Mei Finarwanto, Minggu, 10 November 2019.

fenomena lain, kata Didu sapaannya, yaitu makin banyaknya bermunculan calon-calon penantang petahana yang memiliki kapasitas dan performa yang baik untuk memimpin. Munculnya figur-figur baru ini harus dimaknai sebagai antitesa terhadap kepemimpinan petahana.

“Di Kota Mataram misalnya gelora perubahan yang berembus makin menguat menginginkan kepemimpinan yang baru di Pilkada 2020,” tambahnya.

Maka tidak heran, imbuhnya gelaran Pilkada Kota Mataram akan menjadi ajang pertarungan prestise dan gengsi politik  antara petahana melawan rivalnya yang rata-rata pendatang baru.

“Pilkada Kota Mataram 2020 akan berlangsung sengit dan ketat karena figur penantang petahana tidak bisa dipandang remeh. Apalagi gaung perubahan mulai menggema di mana-mana,” ujarnya.

Dia mengatakan kehendak perubahan yang digelorakan masyarakat di berbagai wilayah di NTB haruslah diterjemahkan sebagai keinginan rakyat ada perbaikan di semua sektor kehidupan.

“Ini faktor alamiah saja, rakyat ingin melihat pemimpin baru yang lebih baik dari era sebelumnya,” kata mantan Eksekutif Daerah Walhi NTB ini.

Dari perspektif partai politik, Pilkada serentak 2020 merupakan ajang pembuktian marwah dan legitimasi kekuatan mesin politik partai dalam mengagregasi dukungan pemilih.

Didu mengulas partai politik dalam Pilkada serentak 2020 akan lebih banyak menampilkan figur dari kadernya sebagai bagian kaderisasi kepemimpinan. Ini penting bagian dari penjejangan karier politik di masing-masing Parpol.

“Kalaupun nanti yang diusung bukan kadernya, tentu ada pertimbangan lain taktis dan strategis untuk memenangkannya,” katanya.

Dia menambahkan, agenda politik lainnya untuk menyongsong dan pemantapan Pilgub 2023 agar tidak mengulangi kesalahan Pilgub 2018,  di mana calon pengusung dari Parpol besar bertumbangan di tangan Zul-Rohmi yang hanya diusung Demokrat dan PKS.

“Berkaca pada Pileg 2019, maka kecendrungan konstruksi dan koalisi politik yang terjadi dalam Pilkada 2020, koalisi Parpol peraih suara terbanyak diprediksi akan memenangkan semua Pilkada serentak 2020,” ungkapnya. (red)