KORANNTB.com – Rencana pembangunan kereta gantung di dekat Gunung Rinjani menimbulkan pro dan kontra. Banyak yang mendukung karena proyek kereta tersebut dinilai dapat mendatangkan banyak wisatawan, namun banyak pula yang menolak dengan beragam pertimbangan.

General Manager Geopark Rinjani Chairul Mahsul mengatakan, jangan sampai pembangunan cable car atau kereta gantung justru mematikan ekonomi masyarakat yang bergantung di Rinjani.

“Kawasan Gunung Rinjani itu kegiatan ekonominya berjalan, ada porter, pemandu, warung, penginapan dan sebagainya, jangan sampai usaha mereka mati lantaran kereta gantung itu,” ujarnya, Rabu, 5 Februari 2020.

Dia meminta agar rencana pembangunan kereta gantung harus dilakukan dengan transparan dan dengan melalui uji kelayakan. Dia mempertanyakan apakah pembangunan kereta gantung akan diikuti dengan usaha lain seperti perhotelan, maka harus dibuka secara transparan.

Sebelumnya, Eksekutif Daerah WALHI NTB, Murdani, mengatakan jika proyek cable car itu akan dilakukan, maka akan berdampak pada perubahan bentang alam di Rinjani.

“Proyek  pembangunan kereta gantung di sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani ini akan memberi dampak perusakan lingkungan oleh commercial facilities development, karena jelas akan terjadi perubahan bentang alam yang signifikan apalagi luasan areal yang akan diminta izinnya lebih dari 500 ha,” ujarnya.

Dia mengatakan rencana proyek itu adalah kebijakan yang tergesa-gesa karena belum ada uji kelayakan.

“Kebijakan yang tergesa-gesa karena sampai saat ini belum ada feasibility studies atau kajian kelayakannya, kemudian tidak ada kajian lingkungan hdup strategis (KLHS), yang dilakukan, yang kemudian dilakukan izin lingkungan berupa AMDAL yang akan memberikan informasi detail desain proyek…,” Katanya.

Kereta gantung juga dinilai akan merubah perilaku dan pergerakan fauna yang bisa saja menyebabkan kepunahan. Sisi lain, masalah sampah yang selalu menjadi krusial di Rinjani justru akan bertambah. (red)