KORANNTB.com – Asosiasi Pengusaha Hiburan (APH) Senggigi memastikan manajemen Metzo Exclusive Club (MEC) Karaoke tidak mengetahui dan tidak menyediakan layanan striptis di Senggigi.

“Kami yakin manajemen Metzo tidak memfasilitasi kegiatan striptis itu. Sebab, kami di APH selalu mengadakan koordinasi setiap saat dengan manager maupun owner tempat hiburan di Senggigi baik melalui rapat bulanan maupun melalui medsos,” kata Sekretaris APH Senggigi, Ketut Mahajaya, di Mataram, Minggu, 16 Februari 2020.

Menurut Mahajaya, APH yang menjadi wadah organisasi usaha tempat hiburan selama ini juga sudah tegas menerapkan aturan akan tempat hiburan tidak melakukan kegiatan melanggar hukum, seperti narkoba dan tindakan asusila.

“Aturan ini kami tegaskan dan tetap dikontrol dan pengawasan kepada anggota. Jadi kalau ada anggota yang melanggar jelas kami yang akan menindak dan melaporkannya,” kata Mahajaya.

Terkait kasus tarian striptis yang kebetulan terjadi di lokasi Metzo, Mahajaya menilai itu murni perbuatan para pelaku, baik pihak yang membayar sebagai konsumen maupun wanita yang dibayar untuk striptis.

Apalagi kejadian itu terjadi dalam room karaoke yang tertutup, dan bukan di areal publik.

“Kita usaha hiburan malam memang rentan, ada saja oknum yang menyalahgunakan lokasi,” katanya.

Ia mengatakan, pembentukan opini yang mengkaitkan kasus striptis dengan manajemen dan pelaku usaha tempat hiburan bisa memperburuk kondisi Senggigi yang hingga saat ini ibarat mati suri.

“Kami dari APH berharap agar semua pihak berpikir cerdas dan jangan mempolitisir keadaan Senggigi yang sudah mati suri pasca gempa dengan kasus yang ada sekarang,” katanya.

Mahajaya mengatakan, hendaknya semua pihak melihat kronologis kasus demi kasus dan jangan menyalahkan semua tempat hiburan yang ada saat ini di Senggigi.

“Kami banyak memperkerjakan masyarakat kelas bawah sebagai karyawan di cafe. Ladies Song ini juga manusia dan masyarakat kita yang perlu dibina dan diperhatikan. Seandainya mereka sarjana mungkin tidak bekerja sebagai Ladies Song. Aspek sosial ini juga harus diperhatikan, ini juga soal ekonomi mereka yang pas-pasan,” katanya.

Ia menambahkan, kasus striptis di Metzo bisa menjadi pelajaran bahwa masih banyak masyarakat dengan ekonomi yang terbatas, sehingga terjun dan tergiur saat ada konsumen hidung belang yang meminta striptis.

“Bisa jadi pelaku ini melakukan itu karena keadaan ekonomi. Mereka butuh uang, dan ada yang menawarkan. Jadi kesalahan siapa ini, kalau kita mau lihat secara proporsional..??,” katanya.

Menurutnya, kejadian di Metzo yang kemudian dipolitisir membias liar tanpa mendudukan persoalan dan kejadian yang sebenarnya. Hal ini sangat berdampak dan membuat keresahan bagi para pengusaha tempat hiburan yang ada di kawasan wisata Senggigi.

Mahajaya berharap semua pihak menghormati proses hukum yang tengah dilakukan Polda NTB.

“Kalau memang terbukti ada oknum karyawannya terlibat maka kami juga mendukung langkah hukum yang harus dibuktikan di depan pengadilan. Namun bila tidak terbukti maka sebaiknya kita juga melihat betapa besar jasanya Metzo Cafe ini yang sering sekali mendatangkan Artis dan Band terkenal di Indonesia yang tentunya mengangkat nama Senggigi, Lombok di kancah nasional,” katanya. (red)