Revitalisasi Senggigi Disebut Tidak Berdampak Signifikan Bangkitkan Pariwisata
KORANNTB.com – Pemerintah Lombok Barat akan merevitalisasi kawasan wisata Senggigi, Lombok Barat.
Sebanyak Rp45 miliar digelontorkan untuk menata kawasan tersebut mulai Mei 2020 mendatang.
Pemerintah membagi tiga tema dalam proyek revitalisasi Senggigi. Pertama, membangun kawasan kuliner sepanjang 3,2 kilometer. Anggaran tersebut diperkirakan menelan Rp2,3 miliar.
Kemudian, tema religi dengan mempercantik makam Batulayar dengan Pure Batu Bolong. Koridor jalan pada tema religi tersebut disiapkan Rp1,2 miliar dengan dua sub tema yaitu Islamik tema dan Hindu tema.
Tema terakhir adalah tema pantai, yang menata kawasan di sepanjang pantai, lengkap dengan gapura.
Konsep revitalisasi tersebut mendapat kritikan Tim Prioritas Pembangunan Bidang Pariwisata Provinsi NTB, Ari Garmono.
Ia mengatakan revitalisasi seharusnya tidak hanya menyasar fasilitas fisik tetapi juga menata kawasan tersebut lebih ikonik.
“Revitalisasi harusnya bukan hanya sekedar penambahan fasilitas fisik tapi lebih holistik berpikirnya bahwa Senggigi harus menjadi suatu kawasan dengan brand yang berbeda dari Senggigi yang sudah ada sekarang ini,” katanya di Mataram, Sabtu, 7 Maret 2020.
“Kalau kita beranggapan Senggigi tetap seperti yang sekarang ini maka dia akan terlibas dengan kawasan pantai lain yang menawarkan keindahan lebih baik. Nanti hotel-hotel banyak tumbang,” ujarnya.
Ari Garmono meminta revitalisasi tersebut harus melalui uji kajian. Untuk menghidupkan kawasan Senggigi tidak hanya dengan menambah fasilitas permanen, tetapi juga dengan menampilkan hal baru yang membuat masyarakat dapat mengidentifikasi Senggigi berbeda dengan pantai lainnya di Lombok.
“Harus ada uji kajian tentang penataan kawasan Senggigi. Senggigi harus masuk konsep kawasan ekosistem. Bisa bikin penangkaran tukik (anak penyu), atraksi lumba-lumba, kolam renang air asin, sehingga orang bisa mengidentifikasi Senggigi berbeda dengan pantai lainnya,” ujarnya.
Dia juga menyoroti rencana pemerintah yang akan membuat bike park (taman sepeda) di kawasan Meninting. Jika itu terbangun, Ari mengatakan Senggigi dapat memiliki daya jual yang lebih menarik dari kawasan wisata lain.
“Karena akses dekat Mataram dan tidak terlalu jauh dengan Lembar, butuh sarana pariwisata berbasis kekeluargaan. Contoh yang sekarang bike park penting didorong menciptakan pembeda kawasan Senggigi,” katanya.
Ia juga memberikan saran agar pemerintah dapat mengkoneksikan Bali langsung dengan Senggigi, tidak hanya Gili Trawangan saja. Atau, dia memberikan saran agar paket wisata tidak hanya dari Bali ke Gili, namun dapat diperpanjang dengan paket wisata tambahan ke Senggigi atau sekitarnya.
“Bagaimana kemudian mengkoneksikan Bali tidak direct ke Gili Trawangan saja, benahi sarana sandar dermaga di Senggigi dan koneksikan Bali ke Senggigi. Selama ini dari Bali ke Trawangan turis cuma numpang makan, karena tidak ditawarkan paket wisata yang membuat mereka semakin panjang di Lombok,” ujarnya.
Sebagai langkah awal mempromosikan Senggigi, Ari mengambil contoh penerbangan AirAsia dari Australia ke Lombok yang diberikan diskon. Dia berandai jika operator kapal angkut penumpang diberikan diskon ke Lombok, tentu sangat terbuka peluang terhadap kedatangan tamu ke Lombok.
“Operator bisa diajak komunikasi misalnya AirAsia ke Lombok disubsidi, apa salahnya kita subsidi operator yang beroperasi dari Bali ke Senggigi. Harus ada komunikasi antara Gubernur Bali dan Gubernur NTB. Bali sampai titik jenuh tingkat kedatangan turis, daripada ditolak lebih baik ke Lombok,” ungkapnya.
Selain itu, ia mengatakan Lombok belum memiliki venue yang dapat menampilkan segala kesenian tradisional NTB. Jika ingin Senggigi kembali hidup, dia meminta pemerintah dapat membuat venue kesenian reguler yang berlokasi di Senggigi.
Jika venue menampilkan event kesenian reguler untuk menghibur wisatawan, maka pariwisata akan berdampak positif terhadap pegiat seni dan budaya di NTB.
“Lombok belum mempunyai venue menampilkan event kesenian reguler. Kalau Senggigi mau hidup bisa dibangun tempat kesenian secara reguler. Banyak turis bertanya ketika dia ingin melihat kesenian di NTB. Kesenian yang mempunyai nilai jual bisa ditampilkan. Sehingga pariwisata berdampak juga pada kehidupan seniman,” tuturnya. (red)
Foto: Sebuah kafe di Senggigi Lombok Barat/koranntbcom