KORANNTB.com – Angin puting beliung muncul di wilayah Bandara Lombok Internasional Airport, Lombok Tengah, Minggu, 5 April 2020.

Prakirawan BMKG Praya, Levi Ratnasari, mengatakan angin puting beliung terjadi pukul 12.30 Wita yang disebabkan oleh awan Cumulonimbus.

“Berdasarkan hasil analisis, puting beliung yang disebabkan oleh awan Cumulonimbus tersebut bertahan kurang lebih selama lima menit. Fenomena tersebut terjadi di luar landasan Bandara Internasional Lombok,” katanya.

Ia mengatakan fenomena puting beliung akibat adanya pemanasan udara yang kuat di permukaan. Dijelaskan, angin puting beliung biasanya terjadi ditandai dengan udara yang terasa panas sehari sebelumnya.

“Fenomena puting beliung ini disebabkan oleh awan Cumulonimbus yang terbentuk akibat adanya pemanasan udara yang kuat di permukaan. Angin puting beliung biasanya ditandai dengan kondisi udara yang terasa panas sehari sebelumnya,” ujarnya.

“Kemudian, mulai dari pukul 10.00 Wita pagi, terlihat tumbuh awan Kumulus yang batas tepinya abu-abu dan sangat jelas menjulang seperti bunga kol,” jelasnya.

Awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi gelap, serta pepohonan di sekitar akan terlihat bergoyang cepat. puting beliung ini juga menghasilkan pusaran angin yang kuat.

“Untuk itu Jika masyarakat melihat kejadian tersebut, diharapkan menjauh dari pusaran angin yang terbentuk, karena kecepatan angin yang dihasilkan cukup kuat dan umumnya bergerak memutar dan dapat menyapu benda benda di sekitarnya,” kata Levi.

Levi Ratnasari mengatakan pada bulan April, NTB akan menghadapi masa peralihan musim atau dikenal dengan pancaroba. Peralihan musim tersebut berpotensi terjadinya cuaca ekstrem.

“Di masa peralihan musim ini potensi terjadinya kondisi cuaca ekstrim seperti puting beliung, angin kencang atau hujan disertai petir/badai guntur  ini dapat berpotensi terjadi. Untuk itu masyarakat tetap selalu waspada dan selalu mejaga kesehatan mengingat kondisi cuaca di masa peralihan sering kali tidak menentu,” ujarnya. (red)

Foto: Angin puting beliung di BIL (sumber: BMKG Praya)