Benarkah Klaster Gowa di NTB Terpapar Corona saat Berada di Gowa?
Penulis: Fikir Seluruh Alam, Pemerhati Sosial
KORANNTB.com – Sampai hari keenam Ramadhan tahun ini, kasus positif Covid-19 di Indonesia makin bertambah. Pertanggal 28 April kemarin telah terkonfirmasi 9511 kasus positif Covid-19 yang tersebar di 34 Provinsi.
Provinsi NTB merupakan provinsi penyandang predikat terbesar ketujuh penyumbang kasus positif Covid-19 skala nasional dengan 230 kasus yang terdiri dari beberapa klaster. Klaster terbanyak di NTB adalah klaster yang melakukan perjalanan ke Gowa Makassar sebesar 80,1 persen kasus.
Warga NTB yang melakukan perjalanan ke Gowa untuk menghadiri Ijtima umat Islam Asia tercatat sebanyak 1149 orang. 75 orang menggunakan pesawat udara, 900 orang menggunakan kapal Tilong Kabila dan sisanya berangkat menggunakan KMP Perintis.
Disebabkan wabah COVID-19 yang mulai merebak, maka ijtima yang sedianya akan berlangsung dari tanggal 19 Maret sampai tanggal 22 Maret tersebut ditutup oleh panitia pada hari pembukaan tanggal 19 Maret siang. Selanjutnya seluruh peserta bubar.
Tanggal 22 maret, 500 orang jamaah asal Lombok NTB pulang menggunakan KMP Nggapulu transit Surabaya. Dari Surabaya menggunakan KMP Oasis menuju Pelabuhan Lembar Lombok.
Pada tanggal 26 KMP Bainaya membawa pulang 178 peserta dari Bima bersandar di Pelabuhan Bima. Pada tanggal yang sama, KMP Doro Londa membawa sisa jamaah Lombok sejumlah 24 orang menuju Surabaya, selanjutnya dari Surabaya menggunakan KMP Oasis menuju Pelabuhan Lembar Lombok Barat. Selebihnya jamaah asal NTB berangkat pulang menggunakan moda transportasi udara.
Dari 1149 orang warga NTB yang melakukan perjalanan ke Gowa di atas, hingga tanggal 28 April tercatat 182 atau sejumlah 15,8 persen terkonfirmasi positif corona.
Jika kita bandingkan dengan provinsi yang paling banyak menghadirkan peserta ke Gowa seperti Provinsi Sulawesi Tengah maka kita mendapatkan perbedaan persentase angka terkonfirmasi COVID-19 yang sangat signifikan.
Provinsi Sulawesi Tengah tercatat menghadirkan peserta ijtima’ ke Gowa dengan jumlah 3553 orang. Dari rilis Dikes Provinsi Sulteng tanggal 28 April diketahui sejumlah 40 orang dari berbagai klaster telah terkonfirmasi positif covid 19. Jika seluruhnya atau 40 orang tersebut berasal dari klaster pertemuan Gowa maka 1,1 persen dari 3553 pelaku perjalanan Gowa terkonfirmasi Covid-19.
Sekarang bandingkan dengan peserta dari NTB yang terkonfirmasi Covid-19. 15 kali lebih banyak padahal pesertanya tiga kali lebih sedikit dari Sulteng. Aneh!
Jika menilik data data di atas, kuat dugaan saya bahwa transmisi virus Corona bukan hanya didapat dari medan ijtima’ saja, melainkan juga dari kapal yang mengangkut peserta NTB.
Dugaan saya semakin kuat dengan kasus yang menimpa pasien nomor 22 dan 44 di mana kedua pasien tersebut melakukan perjalanan ke Jawa. Pulangnya menggunakan Kapal Oasis yang mengangkut peserta dari Gowa. Patut diduga apakah kedua pasien ini tertransmisi Gowa atau mentransmisi Gowa atau mereka tertransmisi virus di atas kapal.
Yang paling miris adalah peserta dari Dompu, Bima, Sumbawa. 178 orang diangkut KMP Bainaya. 22 persen dari mereka terkonfirmasi positif Covid-19. persentasenya 20 kali lebih besar dari peserta asal Sulteng, padahal pesertanya 25 kali lebih sedikit.
Dugaan saya tersebut di atas semakin masuk akal jika melihat riwayat perjalanan seseorang dengan inisial HAG Lombok Barat. HAG bersama 10 orang berangkat ke Mamuju pada tanggal 20 maret menggunakan pesawat udara. HAG bukan pergi ke Gowa. Tanggal 24 HAG beserta rombongannya 11 orang pulang menggunakan kapal Doro Londa menuju Surabaya bersama 13 orang yang pulang dari Gowa. Selanjutnya dari Surabaya menggunakan KMP Oasis. Dari penelusuran data, 23 orang yang bersama HAG negatif Covid-19, sementara HAG sendiri yang terkonfirmasi positif.
Pertanyaannya darimana HAG mendapat transmisi Covid-19? Ingat, HAG tidak pergi ke Gowa tapi Mamuju. Gowa pada saat itu bukan daerah pandemi begitu juga Mamuju. Atau mungkin HAG tertular oleh rombongan yang pulang dari Gowa? Tentu hal ini tidak mungkin sebab 13 orang rombongan Gowa dan 10 orang rombongan dari Mamuju sampai saat ini tidak ada satupun yang reaktif apalagi positif. Jika demikian, artinya kemungkinan besar HAG tertular oleh penumpang lain dalam kapal. Sangat masuk akal.
Akhirnya harapan saya, tanpa bermaksud memalingkan perhatian Pemerintah dari klaster ijtima’ Gowa, maka sangat patut sekali Gugus Tugas Covid-19 Pemerintah Daerah atau Pusat untuk melakukan penelusuran terhadap riwayat perjalanan kapal kapal yang mengangkut para peserta Ijtima’ dari NTB untuk lebih mewaspadai terhadap penyebaran Covid 19 dengan mengecek manifest para penumpang yang bukan dari peserta ijtima’. Sebab kemungkinan besar peserta NTB banyak tertular oleh kapal kapal yang mengangkut mereka. (red)
Judul asli: Perlukah Gugus Tugas Covid-19 Menelusuri Manifest Kapal Pengangkut Peserta Ijtima’ Gowa dari NTB?