KORANNTB.com – Pemerintah NTB diminta mulai mempertimbangkan untuk meminimalisir proses isolasi pasien corona di fasilitas pelayanan kesehatan umum seperti Rumah Sakit dan Puskesmas.

Perhotelan bisa menjadi pertimbangan lain pemerintah untuk digunakan selama masa pandemi Corona, dan angka kunjungan wisata NTB yang juga tengah melesu saat ini.

“Sebaiknya hal itu mulai dipertimbangkan. Mengingat semakin banyak tenaga kesehatan (medis) yang bersentuhan dengan pasien COVID-19 ikut terpapar di NTB ini,” kata Direktur Lesa Demarkasi NTB, Hasan Masat, Selasa, 26 Mei 2020.

Menurutnya, kondisi saat ini di mana tenaga medis juga telah menjadi salah satu transmisi lokal, maka akan membangun ketidakpercayaan dan sikap was-was pada masyarakat sehingga menjauhi rumah sakit dan Puskesmas.

Padahal di sisi lain, masyarakat membutuhkan layanan rumah sakit dan Puskesmas juga untuk penyakit lainnya selain Corona.

Hasan menegaskan, pemerintah daerah harus meningkatkan perhatian dan insentif bagi para tenaga medis yang berjuang di garda terdepan dalam memerangi Corona di NTB.

Para tenaga medis yang bertugas di bagian ruang isolasi harus dipastikan ikut “terisolasi” juga selama merawat pasien Corona. Sehingga penyediaan kebutuhannya harus dipenuhi oleh pemetintah.

“Ini untuk mencegah penyebaran corona keluar. Artinya mereka tidak boleh keluar tempat isolasi selama masa isolasi pasien, dan hak-hak mereka juga harus dipenuhi kebutuhannya,” katanya.

Ia juga mendesak pemerintah daerah untuk memperbanyak Alat Pelindung Diri (ADP) yang standar bagi para tenaga medis, bukan sekadar memperbanyak pengadaan masker semata.

“Yang terpenting perhatikan kebutuhan tenaga medis. Makanan, kesehatan dan kesejahteraan tenaga medis harus menjadi prioritas,” tegasnya.

Menurut Hasan, untuk meminimalisir tertularnya tenaga medis, pemerintah daerah harus mulai mempertimbangkan untuk menggunakan hotel-hotel untuk melakukan isolasi pasien corona dan juga tenaga medis. Terutama untuk pasien yang tanpa memiliki gejala sakit.

Dengan begitu karyawan-karyawan hotel dapat kembali bekerja, tentunya dengan standar penanganan Covid-19, dimana mereka juga tidak diperbolehkan pulang selama melayani para tenaga medis dan pasien.

“Mintalah perusahaan-perusahaan besar untuk melakukan isolasi dengan mengunakan hotel-hotel bagi karyawannya, ini akan membuat sirkulasi ekonomi akan bisa bertahan,” kata Hasan.

Secara terpisah, Kepala Dinas Pariwisata NTB, H Lalu Moh Faozal menjelaskan, saat ini sejumlah hotel sudah memulai promosi paket isolasi mandiri dengan protokol covid-19.

“Sebagian sudah ada yang jalan dengan pola kerjasama seperti AMMT di 3 hotel dan berikut ada paket mandiri dari warga lokal seperti di Aruna Senggigi dan lainnya,” kata Faozal.

Namun, menurut Faozal, masalah ini memang tidak semudah yang dibayangkan. Sebab, hotel juga harus menghitung belanja oprasional untuk paket karantina dan isolasi ini.

Ia mengatakan, pola isolasi mandiri di hotel saat ini hanya untuk isolasi mandiri bagi ODP, OTG atau PPTG yang belum tentu positif corona. Karena untuk memanfaatkan hotel sebagai lokasi isolasi pasien corona atau perawatan pasien tentu akan lebih berat.

“Ya kalau untuk isolasi perawatan bagi pasien corona, tentu akan lebih berat karena butuh peralatan penunjang dan  berikut SDM tenaga medisnya,” kata Faozal.

Menurut Faozal, memindahkan aktivitas tenaga medis untuk menangani pasien corona di hotel juga akan sangat rumit. Apalagi saat ini para tenaga medis di NTB sedang berjibaku dengan layanan kesehatan di Rumah Sakit masing-masing.

“Untuk kita maklumi satu pasien corona itu perawatannya butuh 6 orang tenaga medis. APD-nya juga bisa sampai Rp1,3 juta dalam satu kali tugas. Jadi memang (untuk perawatan di hotel) kita butuh waktu saya kira,” katanya.

Faozal menegaskan, bukan tidak mungkin perawatan dan isolasi dilakukan di hotel. Tapi sekali-lagi, semua butuh waktu dan persiapan yang matang.

Apalagi, sejauh ini stigma yang dibangun untuk pasien positif corona ini sangat salah, dan seolah lebih parah dari penyakit menular yang lain.

Hingga Minggu (25/5) malam, jumlah kasus terkonfirmasi positif corona di NTB secara komulatif mencapai 488 kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 258 orang sudah dinyatakan sembuh, dan 8 orang meninggal dunia.

Sehingga jumlah pasien corona yang benar-benar masih dirawat saat ini sebanyak 222 orang, tersebar di 10 Kabupaten dan Kota di Mataram. Beberapa diantaranya, sebagian kecil merupakan tenaga kesehatan yang bertugas di beberapa rumah sakit rujukan corona di NTB. (red)

Ilustrasi hotel (Pexels)