KORANNTB.com – Kota Tua Ampenan memiliki sejarah yang panjang. Kota yang terkenal tempo dulu dengan pelabuhannya itu menjadi tempat persinggahan Alfred Russel Wallace, sang penjelajah yang menemukan garis Wallace.

Kota Tua Ampenan melekat dengan ciri khas bangunan berarsitektur Belanda. Meskipun terlihat tak terawat, namun bangunan tersebut tetap kokoh.

Kota Tua Ampenan menjadi kota wisata sejarah. Di sana beraneka suku dan etnis berbaur menjadi satu. Kondisi yang begitu plural membuat Ampenan terkenal dengan miniatur kecil Indonesia.

Sempat sepi saat pandemi melanda, kini Ampenan berangsur mulai pulih. Banyak tongkrongan dan coffee shop mulai berdiri di sana. Uniknya, banyak kedai kopi di sana dibangun oleh anak-anak muda Pulau Lombok.

Salah satu kedai kopi yang baru berdiri bernama #HobiJualan menyuguhkan kopi-kopi khas Nusantara yang menjadi varian menu yang siap dihidangkan untuk memanjakan lidah pengunjung.

Di kedai kopi tersebut, beragam kopi Nusantara dapat ditemui. Ada kopi Toraja, kopi Sidikalang dari Sumatera, kopi Gayo dari Aceh, dan lainnya. Ada pula kopi dari NTB seperti kopi Tambora, kopi Sembalun dan lainnya.

Manajer Operasional #HobiJualan Coffee Shop, Muhammad Alfan (25), mengatakan kedai kopi tersebut dibangun di Ampenan untuk menghidupkan kembali Kota Tua Ampenan yang hampir terlupakan saat gempa Lombok dan pandemi.

“Kita cinta dengan kota tua yang semakin terlupakan, kita ingin ‘memeriahkan’ karena semakin hari Kota Mataram tidak menciptakan jati dirinya. Dengan hadirnya banyak jualan untuk wadah pemuda berdiskusi dan menikmati kopi. Apalagi ditambah bencana alam dan covid usaha banyak mati. Kita pingin menstimulus usaha lain untuk berani memulai,” katanya, Jumat, 11 September 2020 di Ampenan, Mataram.

Dia ke depannya akan menghidangkan aneka kuliner berbagai suku di Ampenan dan memadukan dengan kopi Nusantara.

“Bahkan Kota Ampenan adalah miniatur kecil Indonesia karena berbagai suku ada di sini. Bugis, Arab, China. Kita jadikan kedai ini wadah berkumpul bertukar aspirasi tentang indahnya Kota Tua. Awal mula kita jual kopi tapi sebagai jembatan menjual produk Kota Tua. Kita hadirkan kuliner berbagai etnis agar menghadirkan jati diri Ampenan,” kata Alfan yang juga berprofesi sebagai lawyer.

Selain mempekerjakan mahasiwa, kedai kopi tersebut mengedepankan protokol Covid-19 untuk mencegah virus Corona. Memakai masker, jaga jarak, menyiapkan tempat cuci tangan menjadi prioritas.

Alfan dan beberapa teman milenialnya juga telah membuka warung kebab di Ampenan. Tidak hanya itu, untuk menyambut peluang saat MotoGP Mandalika mendatang, dia juga membuka sebuah restoran di Gili Trawangan. Karena, Gili Trawangan adalah sasaran liburan turis saat MotoGP nanti.

“Kita ingin selagi punya ruang dan kesempatan kita lakukan. Kita buka kedai kebab, Gili Trawangan tepi pantai restoran. Kita pingin adalan pertunjukan budaya NTB di sana,” ujarnya.

Hingga saat ini Alfan memiliki sedikitnya sepuluh tim kerja dan 15 karyawan. (red)