KORANNTB.com – Ajang Formula 1 menjadi ajang balap paling bergengsi di dunia. Tidak tanggung-tanggung, setiap negara yang menyelenggarakan F1 harus mengeluarkan comitment fee yang cukup fantastis.

Biaya menjadi tuan rumah F1 berbeda-beda di masing-masing negara. Uniknya, biaya akan terus naik setiap tahun.

Vietnam misalnya, harus membayar sekitar 587 miliar untuk menggelar F1. Sayangnya negara tersebut batal menggelar F1 karena pandemi dan isu korupsi.

Dilansir dari detikcom, biaya yang lebih tinggi dikeluarkan negara lainnya seperti Azerbaijan, Rusia, Bahrain, dan Uni Emirat Arab. Negara-negara tersebut diketahui membayar hingga USD 60 juta, atau sekitar Rp 821 miliar untuk sekali balapan.

Itu belum termasuk biaya dana promotor balapan, sekitar 575 miliar sekali balapan. Sehingga total biaya mencapai 1,1 triliun.

Banyak negara memilih untuk mundur karena besarnya cost balapan dan tidak sebanding dengan pemasukan yang mereka terima.

Malaysia misalnya, mengentikan kontrak pada 2018 karena besarnya dana yang mereka harus keluarkan.

Hal serupa juga dialami India. Terhenti pada 2013 karena terlilit utang.

Sementara di Korea Selatan memilih berhenti tiga musim mulai 2010-2013 karena sepi peminat.

Bagaimana dengan Indonesia?

F1 rencananya akan digelar di Sirkuit Mandalika. Pemerintah sekarang telah melakukan lobi agar Indonesia diterima menggelar F1.

Apalagi, Sirkuit Mandalika telah lolos homologasi Federation Internationale de Motocyclisme (FIM), yang artinya telah memenuhi syarat menggelar balapan internasional.

Awal rencana Indonesia menjadi tuan rumah F1 datang langsung dari Raja Salman. Ia menawarkan Sirkuit Mandalika menggelar F1 karena terpesona dengan keindahan sirkuit di Lombok.

Gayung bersambut, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Panjaitan, mengatakan Sirkuit Mandalika telah siap menggelar F1.

“Mengenai Formula 1 tadi saya sudah tanyakan. Kualitas aspal (Sirkuit Mandalika) ini sudah melebihi Formula 1,” kata Luhut.

Hanya beberapa perbaikan kecil dilakukan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan F1.

Gubernur NTB, Zulkieflimansyah, juga terbang ke Abu Dhabi untuk berbicara persiapan NTB menjadi tuan rumah F1.

Zulkiflimansyah berkomitmen agar Indonesia menjadi tuan rumah F1. Masalah harga yang harus dibayar, itu urusan belakangan.

Yang terpenting adalah ajang tersebut dapat mempromosikan Indonesia dan ditonton lebih dari satu miliar mata di dunia. Tentu saja itu sebagai jualan pariwisata hingga magnet untuk menarik investor.

“Jangan hitung finansialnya. Sudah bangun infrastruktur jembatan dan ini-itu, tapi tidak ada dunia yang tahu. Tapi adanya Sirkuit Mandalika, 1,6 miliar orang yang melihatnya,” katanya dilansir Tempo.co.

Bahkan, politisi PKS ini berkeinginan agar semua balapan dapat digelar di NTB, termasuk MXGP yang telah ditetapkan jadwal untuk digelar tidak jauh dari Sirkuit Mandalika.

Menariknya, event balap mobil endurance atau ketahanan yang biasa disebut Asian Le Mans Series juga bakal digelar di Sirkuit Mandalika. Namun masuk pada kalender 2023. (red)

Foto: Formula 1 (AILes/Pixabay)