KORANNTB.com – Kehidupan miris ribuan keluarga pengungsi eks Timor-Timur di sejumlah wilayah Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi perhatian pihak Kerukunan Masyarakat Hutan Adat Nusantara (Kermahudatara) NTT dan NTB.

Pasalnya, terhitung 23 tahun sudah sejak eksodus dari wilayah Timor-Timor pasca jajak pendapat tahun 1999 silam. Nasib para pengungsi pro integrasi ini seolah tanpa kejelasan dan kepastian.

“Kami bersama Ratu Azia Borromeu atau Ratu Alas Manufahi akan memperjuangkan nasib saudara-saudara kita (warga eks Timor-Timur) di Atambua yang terhitung 23 tahun nasib mereka belum ada kejelasan. Padahal mereka saudara kita dan bagian dari NKRI kita,” tegas Ketua Kermahudatara NTB, Bunda Ratu Ince Khairunnisa, Jumat 4 Februari 2022 di Jakarta.

Bunda Ratu Khairunnisa menjelaskan, pihaknya bersama warga eks Timor-Timur yang berada di Jakarta, akan menyuarakan hal ini ke Presiden Joko Widodo dan jajarannya.

“Kami minta Pak Presiden Jokowi dan Menteri Pertahanan pak Prabowo agar bisa memperhatikan nasob saudara eks Timor Timur di Atambua,” ujarnya.

Beberapa hal yang menurut dia harus dilakukan pemerintah adalah memastikan para warga eks Timor-Timur tersebut bisa mendapatkan relokasi dan tempat tinggal yang layak. Selain itu, diberikan pula tanah garapan yang bisa dijadikan sebagai sumber kehidupan bagi mereka.

Bersama Bunda Ratu Khairunnisa, Ratu Azia Borromeu atau Ratu Alas Manufahi juga menekankan hal yang sama.

“Kita akan berjuang bersama agar pemerintah memperhatikan nasib warga eks Timor-Timur ini,” ujar Ratu Azia.

Ratu Azia merupakan salah satu tokoh adat Timor-Timur yang memilih tetap menjadi bagian dari NKRI pasca jajak pendapat 1999 silam.

Sejarah antara Indonesia dengan Timor Leste yang dulu masih bernama Timor Timur memang sempat diwarnai ketegangan.

Peperangan yang terjadi antar kedua belah pihak di masa lalu, memaksa rakyat terbelah pilihan antara pro kemerdekaan dan berdaulat penuh sebagai negara mandiri, atau pro integrasi menjadi bagian dari NKRI.

Di antara orang-orang yang berada pada situasi tersebut, ada sosok Ratu Alas-Manufahi, Azia Borromeu yang memilih untuk ikut dengan Indonesia atau pro integrasi.

Sayang, kesetiaannya itu seakan kurang mendapat perhatian dari pemerintah Indonesia. Ratu Azia pun harus berlapang dada tinggal di tenda beratap terpal dan berdinding daun kelapa.

Setali tiga uang. Nasib yang sama juga dialami ribuan keluarga eks Timor-Timur yang mengungsi di NTT.

“Saat ini sudah masuk 23 tahun keberadaan saudara-saudara kita ini. Mereka punya hak yang sama untuk mendapat perhatian pemerintah,” katanya. (red)