“Sekarang Ibu Menlu bersama Menlu negara-negara kunci di Dunia seperti Menlu Saudi, Menlu Qatar, Menlu Mesir, Menlu Turki, Menlu Jordan bersama-sama melakukan pembicaraan di DK PBB bersama-sama menyampaikan posisinya dan juga melakukan engagement dengan Sekjen PBB dan Presiden Dewan Keamanan,” jelas lalu Iqbal.

Saat ini menurut Lalu Iqbal, karena China sebagai Presiden Dewan Keamanan dibandingkan negara-negara barat sebagai Presiden dan anggota tetap, China posisinya relatif membela kepentingan pembebasan Palestina.

“China cenderung mendukung pembebasan dan kemerdekaan Palestina dari awal. Kita bisa lihat saat statement Dubes israel di PBB bahkan sempat ditegur oleh Presiden Dewan Keamanan,” lanjut Lalu Iqbal.

Jadi fokus Indonesia saat ini ialah menargetkan mengenai jeda kemanusiaan permanen karena jeda kemanusian empat hari ditambah dua hari ini dirasa Lalu Iqbal belum cukup dan tidak memadai.

“Kebutuhan per hari itu sekitar 500 truk logistik untuk menghidupi hampir satu juta setengah masyarakat di Gaza. Sedang yang bisa masuk hanya 100 truk per hari, meski sepanjang jeda kemanusiaan yang enam hari itu tidak bisa memenuhi kebutuhan warga di Gaza,” ujarnya.

Lalu Iqbal menegaskan, dengan alasan tersebut maka bukan hanya jeda kemanusian sementara yang dibutuhkan dalam konflik Palestina – Israel, namun jeda kemanusiaan permanen mutlak diperlukan.