Kasus tersebut membuat janggal para mahasiswa. Pasalnya dua pelaku dalam kasus tersebut sudah dijebloskan ke penjara usai vonis hakim. Sementara Sri Suzana mendapat perlakuan berbeda. Dia tidak ditahan dalam statusnya sebagai terdakwa. Dia hanya menjadi tahanan kota.

“Ini kan perlakukan yang berbeda. Jadi kami khawatir jika nanti justru dia bebas,” katanya.

Sebelumnya, Humas Pengadilan Negeri Mataram, Lalu Moh. Sandi Ramadhan yang menemui massa aksi, mengatakan majelis hakim pada prinsipnya akan mempertimbangkan kepentingan masyarakat sekaligus keterlibatan terdakwa dalam kasus tersebut. Sehingga, dia meminta masyarakat bersabar untuk menanti vonis tersebut.

“Tuntutan sudah dibacakan 1,9 tahun terbukti pasal 3. Untuk acara sidang minggu ini tanggapan JPU. Untuk putusan pasti akan dipertimbangkan semua, bukan hanya kepentingan masyarakat tapi untuk kepentingan terdakwa. Intinya adil untuk semua pihak,” ujar Lalu Sandi.

Link Banner

Pada kasus tersebut telah menyeret tiga terdakwa. Dua di antaranya telah ditahan usai divonis pengadilan.

Iskandar selaku pejabat pelaksana teknis kegiatan (PPTK) divonis pidana penjara selama satu tahun dan lima bulan serta denda Rp 100 juta subsider empat bulan kurungan.

Kemudian, Yanrik selaku pelaksana proyek dijatuhi hukuman penjara satu tahun dua bulan serta denda Rp 50 juta subsider tiga bulan kurungan. Dia juga dibebankan membayar uang pengganti kerugian negara Rp135 juta. Jika uang pengganti tidak dibayar, maka harta benda miliknya akan dilelang oleh negara. Namun jika tidak memiliki harta benda, akan dipenjara selama enam bulan.

Suzana sebelumnya dituntut oleh jaksa dengan hukuman penjara selama satu tahun sembilan bulan.