Agama Mayoritas Sama, Perang Thailand dan Kamboja Tetap Pecah
KORANNTB.com – Meski berbagi akar budaya dan agama yang sama, konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja tetap pecah di perbatasan kedua negara. Sejak Kamis (24/7), bentrokan militer meletus di wilayah sengketa dekat kuil kuno Ta Muen Thom dan Ta Moan Thom, menewaskan sedikitnya belasan warga sipil dan memicu pengungsian massal.
Thailand dan Kamboja sama-sama menganut ajaran Buddha Theravada sebagai agama mayoritas. Lebih dari 90 persen warga Thailand memeluk agama Buddha, sementara di Kamboja jumlahnya bahkan lebih tinggi, mencapai 97 persen. Banyak tokoh agama di kedua negara kerap menyerukan perdamaian, saling menghormati, dan hidup berdampingan secara damai.
Namun perang menunjukkan bahwa kesamaan agama tidak serta-merta menjadi penghalang konflik. Di lapangan, bom dan peluru tetap melayang meski bendera dengan latar belakang budaya serupa berkibar di kedua sisi. Perbatasan yang dipenuhi vihara dan situs suci kini berubah menjadi garis depan medan tempur.
Ketegangan bersumber dari sengketa wilayah lama yang melibatkan warisan budaya seperti Prasat Ta Muen Thom dan Preah Vihear. Ironisnya, kuil-kuil tersebut dulunya dibangun untuk tujuan spiritual dan perdamaian, namun kini menjadi sumber pertumpahan darah akibat perbedaan tafsir batas negara.
Sejumlah biksu dari kedua negara dikabarkan telah mengungsi dari wilayah perbatasan. Di media sosial, banyak warganet mempertanyakan mengapa dua negara Buddhis bisa terlibat dalam perang terbuka.
Pemerintah Malaysia yang kini menjabat ketua ASEAN menyerukan penyelesaian damai dan meminta pemimpin agama di kawasan ikut menenangkan situasi. Sementara itu, gempuran militer masih berlangsung di beberapa titik perbatasan menjelang malam.