Perang Thailand dan Kamboja Meletus, Korban Sipil Berjatuhan
KORANNTB.com – Ketegangan yang telah lama membayangi perbatasan Thailand dan Kamboja akhirnya pecah menjadi perang bersenjata terbuka pada Kamis, 24 Juli 2025. Bentrokan ini menewaskan sedikitnya 12 warga sipil dan dua tentara dari kedua negara. Ribuan warga sipil juga terpaksa mengungsi dari desa-desa yang terdampak.
Kementerian Pertahanan Thailand menyatakan bahwa pasukannya meluncurkan serangan udara terbatas ke arah basis militer Kamboja di sekitar wilayah sengketa. Serangan ini disebut sebagai balasan atas ledakan ranjau yang menewaskan dua prajurit Thailand pada awal pekan.
Pertempuran terjadi di sekitar kawasan kuil kuno Ta Muen Thom dan Ta Moan Thom, yang sejak lama menjadi wilayah sengketa. Kamboja menyebut serangan tersebut sebagai tindakan agresi dan telah mengajukan permintaan kepada Dewan Keamanan PBB untuk segera menggelar sidang darurat.
Situasi makin memanas setelah kedua negara saling menarik duta besar dan menutup akses lintas batas. Pemerintah Thailand mengonfirmasi bahwa lebih dari 40 ribu warga telah dievakuasi dari 86 desa di Provinsi Surin dan sekitarnya.
Ketegangan di wilayah ini sebenarnya telah berlangsung selama puluhan tahun, terutama terkait klaim atas situs bersejarah di sepanjang garis perbatasan. Sengketa diperparah oleh aktivitas penambangan emas dan batu mulia yang dilakukan di zona abu-abu oleh pihak-pihak yang diklaim melanggar kesepakatan bilateral.
Sejumlah negara tetangga dan organisasi internasional menyerukan gencatan senjata segera. Malaysia sebagai ketua ASEAN meminta kedua negara menahan diri, sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan keprihatinan atas memburuknya situasi keamanan dan meningkatnya korban sipil.
Hingga malam ini (waktu setempat) perang Kamboja dan Thailand masih terjadi. Suara tembakan masih terdengar dari sisi timur perbatasan. Belum ada tanda-tanda gencatan senjata, dan kedua negara masih menempatkan pasukan tambahan di sepanjang garis konflik.