KORANNTB.com – Kasus rumah warga kemasukan ular di Lombok Tengah menjadi fenomena yang cukup menyita perhatian akhir-akhir ini.

Data dari Dinas Pemadam dan Penyelamatan (Damkartan) Lombok Tengah, telah mengevakuasi sedikitnya 50 ekor ular dari rumah warga sejak Januari hingga Juli 2025.

Data tersebut belum termasuk kasus ular masuk rumah tanpa melibatkan Damkar.

Kasus ular masuk rumah sering terjadi saat musim hujan. Itu karena ular mencari tempat yang hangat dan juga banyak makanan. Tikus maupun serangga cukup banyak saat musim hujan.

Meningkatkan populasi ular terjadi di banyak tempat, tidak hanya Lombok Tengah.

Reptiler Indonesia, Aji Pamungkas menjelaskan fenomena tersebut akibat predator yang sering memangsa ular seperti burung elang, garangan dan biawak sering diburu manusia, sehingga membuat populasi hewan pemangsa tersebut berkurang dan menimbulkan konsekuensi populasi ular meningkat drastis.

“Predator alami ular sudah berkurang seperti garangan dan elang,” katanya dalam diskusi di Komunitas Ular.

Memburu predator pemangsa ular secara terus menerus dapat menjadi penyebab rusaknya keseimbangan ekosistem. Pemangsa ular akan berkurang, di sisi lain populasi ular tersebut bertambah.

Meskipun ular memiliki fungsi sebagai pemangsa tikus, namun dengan populasi yang meningkat khususnya pada jenis yang memiliki bisa memastikan (high venom), akan sangat berbahaya bagi manusia itu sendiri.

Rantai makanan harus terjaga dan stabil. Jika salah satunya rusak, maka akan sangat mengganggu keseimbangan alam yang akan memiliki konsekuensi bagi manusia.

Banyak pemburu liar yang masih aktif memburu elang, biawak hingga garangan. Padahal hewan-hewan itulah yang menjadi pemangsa ular.