KoranNTB.com – Pada masa-masa awal nabi Muhammad SAW membawa Islam di Makkah, banyak kalangan bangsawan di sana menentangnya. Bahkan, budak-budak yang memeluk Islam disiksa tiada ampun. Salah satu budak yang disiksa secara sadis karena memeluk Islam adalah Bilal bin Rabah.

Menginjak usia 20 tahunan, Bilal dijual pada Umayyah bin Khalaf seorang bangsawan dan kepala suku di Makkah. Seperti diketahui, saat itu praktik perbudakan sangat masif dan bebas di sana. Lantaran menentang perbudakan, menjadi salah satu faktor Islam sangat ditentang pada masa itu.

Bilal berusia sekitar 30 tahun saat Rasulullah mengumumkan tentang Islam. Ketertarikan dan keyakinannya membuat Bilal bertekad untuk memeluk Islam secara kaffah.

Mengetahui Bilal masuk Islam, Umayyah sang majikan menjadi sangat geram. Terlebih lagi dia sangat membenci keyakinan baru yang dibawa Rasulullah. Dengan segala cara dan siksaan dia meminta Bilal meninggalkan Islam.

Mula-mulanya Bilal ditendang dan dilempar ke luar rumah. Kemudian disiksa secara brutal di luar rumah. Bilal yang kokoh pendirian sama sekali tidak sudi untuk keluar dari Islam. Dia tetap kokoh memeluk Islam.

Umayyah semakin geram. Umayyah memaksa Bilal berbaring di tengah gurun pasir yang panas dan mengikatnya dengan tali. Kemudian di atas perut Bilal diletakan batu besar, sehingga Bilal merasa sangat tersiksa.

Saat itu banyak sekali budak yang terpaksa berpura-pura meninggalkan Islam agar tidak disiksa lagi oleh sang majikan. Namun Bilal tetap tabah menjalani siksaan ketimbang harus berbohong keluar dari Islam.

Tubuh Bilal penuh luka, bahkan hingga malam hari Bilal terus disiksa. Berkali-kali dia meminta tolong hanya Umayyah yang datang kembali menawarkannya keluar dari Islam. Bilal tetap menolak, sehingga siksaan selalu datang bertubi-tubi.

Beratnya siksaan pada Bilal membuat banyak orang di Makkah ketakutan. Abu Bakar yang merupakan pengusaha terkaya dan salah satunya orang yang telah memeluk Islam tergerak hatinya untuk menolong Bilal. Dia kemudian membeli Bilal pada Umayyah. Mulai saat itu Bilal terbebas dari perbudakan.

Islam sangat menolak keras praktik perbudakan, karena sangat tidak manusiawi. Sehingga Rasulullah selalu menekankan dan mendorong para sahabat membebaskan para budak.

Dalam ajaran Islam, sejak lahir manusia telah merdeka, setara dan memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah, sehingga praktik perbudakan bukan bagian dari ajaran Islam.

Bilal saat itu hidup bersama Rasulullah. Saat Rasulullah pergi ke Madinah pada tahun 622, Bilal mengikutinya. Di sana Bilal turut membantu pembangunan Masjid Nabawi yang saat itu menjadi pusat kegiatan utama umat Muslim.

Bilal menjadi asisten Rasulullah. Dari sana dia banyak belajar tentang Islam. Bilal pernah meriwayatkan tentang Rasulullah saat dia menjadi asisten.

“Beliau tidak pernah menyimpan apapun untuk masa depannya. Aku mengatur uang untuknya. Ketika orang miskin datang kepadanya, beliau akan mengirim orang miskin itu kepadaku dan kemudian aku akan mengatur kebutuhannya dengan cara meminjam uang dari seseorang. Inilah yang biasa terjadi.”

Lanjut: Bilal dan Azan Pertama