KORANNTB.com – Kursi Sekretaris Daerah Nusa Tenggara Barat menjadi  isu hangat jelang seleksi calon Sekda. Sejumlah nama bertarung merebut posisi jabatan tertinggi birokrasi daerah tersebut.

Dari tujuh pelamar, hanya dua orang yang konsisten dan telah melengkapi berkas. Keduanya adalah Penjabat Sekda NTB, Iswandi dan Asisten I Setda Provinsi NTB, Baiq Eva Nurcahya Ningsih.

Hingga Rabu, 2 Oktober 2019, lima calon belum melengkapi berkas. Meskipun belakangan kabar terbaru muncul tiga di antaranya telah menyerahkan berkas.

“Kemarin baru dua, Pak Iswandi dan Buk Eva. Tapi sampai hari ini, sudah ada lima pelamar Sekda yang menyerahkan berkas dan lengkap sesuai persyaratan,” kata Kepala Sekretariat Pansel JPT Madya Sekda NTB, Fathurrahman, Kamis, 3 Oktober 2019 di Mataram.

Tiga pelamar yang belakangan ini menyerahkan berkas adalah Husnul Fauzi, Ridwansyah dan Lalu Gita Apriadi.

Dijelaskan, berkas yang harus dilengkapi, antara lain izin dari gubernur, berkas sertifikasi, dan berkasi administrasi lain.

Fathur meminta calon lain segera melengkapi berkas karena pada 4 Oktober merupakan hari terakhir syarat berkas harus lengkap. Kemudian pada 7 Oktober Pansel Sekda NTB melakukan seleksi administrasi, dilanjutkan dengan tes kesehatan.

Direncanakan, pada 19 Oktober tim sudah dapat menargetkan tiga nama calon yang diajukan ke Gubernur NTB.

“Kalau tidak melengkapi berkas sampai batas pendaftaran, ya gugur dengan sendirinya. Karena semua persyaratan itu wajib untuk dipenuhi,” ujarnya.

Pansel akan melakukan seleksi terbuka terhadap calon guna keterbukaan informasi dan transparansi, bahkan akan dilakukan uji publik.

“Jadi kita akan berikan ruang bagi publik untuk memberikan masukan terkait para calon,” katanya.

Asisten I Setda Provinsi NTB, Baiq Eva Nurcahya Ningsih, tegas mengatakan keseriusannya untuk maju. “Insya Allah, siap lahir batin,” ujarnya.

Menjadi calon Sekda yang merupakan satu-satunya perempuan,  Baiq Eva menegaskan bukan sebagai hiasan atau pemanis, tapi betul-betul serius maju.

“Karena saya melihat sekelas Provinsi Sumatera Utara saja bisa memandatkan seorang perempuan menjadi pimpinan ASN di Pemprov Sumut,” tuturnya.

“Intinya, sekali layar terkembang, surut kita berpantang. Contohnya lihat saja di sana (Sumut) Sekda Provinsi dijabat oleh kaum perempuan, yaitu R Sabrina, jadi bisa dikatakan atau sebut saja kita belajar dari Sekprov Sumut tersebut,” katanya. (red)