KORANNTB.com – Dua mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Mataram (Unram) tewas terseret arus di sebuah sungai di Desa Jeruk Manis, Lombok Timur.

Link Banner

Keduanya bernama Reza Andika Firdaus (29) asal Sumbawa dan Widia Lasmita (23) asal Dompu. Mereka terseret arus sungai yang meluap pada Sabtu, 2 November 2019.

Saat itu, kelompok mahasiswa yang tergabung dalam unit kegiatan fakultas Kelompok Pemerhati Sosial (KPS) telah melaksanakan kegiatan pendidikan dasar organisasi ke 30. Jeruk Manis menjadi lokasi pendidikan sejak 15 tahun terakhir.

Kegiatan itu dilaksanakan mulai tanggal 31 Oktober 2019 hingga 3 November 2019. Namun musibah terjadi lebih awal sebelum mereka mengemas barang kembali ke kampus.

Cerita Saksi saat Kejadian

Heri Wahyudi seorang saksi yang berhasil selamat dari musibah tersebut, mengatakan pada 2 November sekitar pukul 14.00 Wita, lima mahasiswa termasuk Heri hendak menuju Air Terjun Jeruk Manis untuk berwisata. Kelimanya adalah Reza, Mitha, Agung, Misna dan Heri.

Mereka menggunakan jalur yang sebelumnya telah dilakukan survei terlebih dahulu. Jalur yang mereka lalui dapat memangkas waktu perjalanan hingga 30 menit.

Setelah menelusuri jalan setapak menuju aliran sungai sekitar 45 menit dari arah posko, lima mahasiswa turun ke aliran sungai yang lebarnya empat hingga lima meter. Kondisi saat itu air hanya sampai mata kaki, sementara di kiri dan kanan aliran sungai terdapat tebing yang ketinggiannya mencapai lima meter.

Dalam perjalanan melalui aliran sungai kondisi tengah gerimis, karena sebelumnya telah hujan dengan intensitas sedang yang berlangsung sekitar sepuluh menit.

Karena tidak adalagi hujan dengan intensitas sedang atau besar, maka tim tersebut memutuskan untuk menyusuri aliran sungai.

“Posisi berjalan saat itu Reza di depan, kemudian Misna, ketiga Mitha. Saya dan Agung posisi di belakang,” kata Heri, Jumat, 8 November 2019.

Posisi Reza di depan sambil memegang kayu untuk mengecek terlebih dahulu sungai tersebut dangkal atau dalam.

Heri mengatakan saat dalam perjalanan, tiba-tiba air yang semula hanya di atas mata kaki, naik dengan cepat. Reza dan Misna saat itu sudah menepi di atas gundukan pasir pinggir timur sungai. Sementara tiga mahasiswa termasuk Heri terjebak di atas batuan di tengah sungai saat air sudah meninggi.

Reza dan Misna tidak dapat keluar sungai karena kiri dan kanan sungai terdapat tebing tinggi. Kelima mahasiswa terjebak, air semakin deras.

Aksi Heroik Reza

“Saya, Mitha dan Agung sudah terjebak di tengah. Air deras sudah menutupi paha kita. Kita berada di posisi yang melawan arus. Air deras datang dari depan,” ujar Heri.

Reza memutar akal, dari pinggir sungai dia mengambil akar besar sebuah pohon dan melemparnya ke arah Heri. Heri bersusah payah menggapai akar dan berjuang ke arah Reza dan Misna di gundukan pasir.

Air semakin deras. Sayup-sayup Heri melihat Agung dan Mitha sedang ketakutan terus menerus dihantam air. Mitha saat itu menggunakan rok, sehingga tekanan air semakin kuat ke arahnya. Saat Mitha akan diselamatkan dengan dilempar akar, Mitha tidak kuat menahan derasnya air.

Mitha akhirnya jatuh tertekan deras air. Saat jatuh dia mengenai Agung, sehingga Agung ikut terjatuh.

Mitha tenggelam lepas dari batu di tengah sungai yang menjadi pijakan mereka. Agung meski jatuh masih dapat menggapai batu itu lagi. Posisinya seperti kodok yang memeluk batu.

“Reza teriak ‘Allahuakbar, Allahuakbar’ menyebut nama Mitha. Tidak lama dia lompat ke arah Mitha,” kata Heri.

Melihat Mitha tenggelam dan hanyut, dengan hanya kepala yang timbul tenggelam di derasnya aliran sungai, Reza tidak berpikir panjang. Dia langsung melompat ke arah Mitha hendak menyelamatkan Mitha. Namun kehendak berkata lain, Reza ikut terbawa arus bersama Mitha.

Heri berusaha menyelamatkan Agung dengan melempar akar ke arahnya. Bersusah payah Agung menggapai akar dan berjibaku melawan arus menuju gundukan pasir tempat Heri dan Misna berada. Reza dan Mitha telah hanyut, sementara Heri, Agung dan Misna terjebak tidak dapat naik ke tebing untuk menyelamatkan diri.

“Saya mencoba naik ke tebing, kemudian membantu Misna dan Agung naik,” tuturnya.

Tebing timur Air Terjun Jeruk Manis memang terkenal sangat jarang dilalui masyarakat, bahkan warga setempat. Karena tidak ada jalan di sana untuk sampai ke pemukiman selain kembali menelusuri aliran sungai. Selama dua jam ketiga mahasiswa yang selamat berusaha berjalan mencari ujung tebing.

Sinyal ponsel saat itu tidak ada, mereka kesulitan menghubungi posko. Sementara, sang surya berangsur pamit sisakan hari yang mulai gelap.

Saat di perjalanan, mereka memutuskan untuk melalui sungai pergi ke tebing barat, karena hanya melalui tebing barat mereka dapat sampai ke posko perkemahan dan pemukiman warga.

“Kita lihat deras air semakin berkurang. Akhirnya memutuskan melompat ke sungai untuk pergi ke bukit barat,” ujar Heri.

Heri melompat dan dari sungai menyuruh dua rekannya melompat. Agung ikut melompat. Namun Misna masih ketakutan, trauma melompat di air.

Heri bersusah payah meminta Misna lompat. “Ayo sekarang! Air sudah mulai naik lagi!” Seru Heri.

Misna yang panik akhirnya melompat. Kepalanya sempat terkena batu sehingga mengalami luka lecet. Mereka bertiga kemudian pergi ke bukit barat dan naik ke jalan setapak.

Masih sekitar dua kilometer menuju posko. Kaki Agung cidera akibat salah lompat. Dia berusaha dibantu Heri untuk berjalan. Hari mulai  gelap.

Agung meminta Heri dan Misna meninggalkan dirinya agar cepat sampai ke posko menghubungi panitia, agar membantu mencari Reza dan Mitha.

Heri dan Misna kemudian pergi duluan meninggalkan Agung. Mereka bergegas menuju posko dan memberitahu kejadian yang menimpa mereka.

Tiba di posko, Heri langsung meminta bantuan. Semua peserta kemah terkejut. Heri sempat dikira sedang prank (berpura-pura). Namun setelah dijelaskan, seluruh anggota akhirnya terjun ke pesisir sungai mencari Reza dan Misna.

Beberapa lama berselang, warga hingga aparat turun ikut melakukan pencarian.

Dengan dibantu oleh ratusan warga dengan peralatan seadanya, kemudian menyebar di beberapa titik, mulai dari lokasi hanyutnya korban hingga pintu air terakhir di Desa Kembang Kuning.

Pencarian tersebut akhirnya membuahkan hasil. Korban Mitha ditemukan terlebih dahulu sekitar 1 kilometer dari lokasi kejadian sekitar pukul 18.30 Wita dengan kondisi telah meninggal dunia.

Sementara Reza ditemukan sekitar 1 kilometer dari posisi ditemukannya Mita sekitar pukul 19.45 Wita. Reza dalam kondisi meninggal dunia.

Korban Mitha kemudian dibawa ke Puskesmas Kotaraja menggunakan ambulan desa. Reza juga dibawa di Puskesmas yang sama.

Hari itu juga jenazah Mitha dibawa ke kampung halamannya di Kempo Kabupaten Dompu. Sementara Reza dibawa di Rumah Sakit Unram yang selanjutnya dibawa ke kampungnya di Sumbawa Besar, Kabupaten Sumbawa.

Klarifikasi

Atas kejadian tersebut, Fakultas Hukum Unram mengklarifikasi informasi yang sempat beredar bahwa mahasiswa saat itu tengah mandi di sungai sebelum hanyut. Informasi tersebut tidak benar.

Kemudian informasi beredar lainnya mengatakan, tiga yang selamat kabur meninggalkan Reza dan Mitha. Lagi-lagi informasi tersebut tidak benar. Ketiga mahasiswa yang selamat saat itu terjebak di tebing timur yang tidak memiliki jalan. Mereka terperangkap dua jam sebelum memutuskan untuk lompat ke sungai menuju tebing barat, setelah kondisi air tidak sederas kondisi pertama. (red)