KORANNTB.com – Tanggapan bakal calon Walikota Mataram yang juga Kepala Dinas Perdagangan Hj Putu Selly Andayani yang meminta agar program operasi pasar atau pasar murah agar tidak dipolitisasi mendapat respon sejumlah pihak, salah satunya dari Perhimpunan Mataram (PM).

“Ibu Selly sepertinya sedang melucu,” tandas Nashib Ikroman, selaku koordinator PM saat dimintai tanggapan oleh wartawan, Jumat, 29 November 2019.

Menurutnya, justru pelaksanaan pasar murah yang hanya berkutat di Kota Mataram yang justru merupakan politisasi terhadap program pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Kata Achip sapaan Nashib Ikroman, posisi Selly yang sedang bergerilya mencari dukungan untuk bertarung di Kota Mataram, tidak bisa dipisahkan dari apa yang dilakukan. Ini seperti lagu lama, ketika dulu hendak berkontestasi di Pilkada Gubernur, pasar murah digelar di banyak kabupaten/kota, sekarang Pilkada Kota Mataram, pasar murah digelar di Mataram saja.

“Tudingan Selly justru seperti lonceng yang berbunyi nyaring. Berbunyi dengan memukul diri sendiri,” ungkapnya.

Protes dan anggapan publik ini tidak bisa dinafikan, sebab publik juga menyaksikan adanya manufer politik yang sedang dilakukan. Mulusnya pelaksanaan pasar murah berbau politis ini juga didukung oleh adanya poros politik yang sedang dibangun PDI Perjuangan dengan PKS yang saat ini kadernya sedang menjadi Gubernur.

“Ini politis, sudahlah tidak usah membela diri. Semua orang juga tahu,” bebernya.

Pelaksanaan pasar murah yang hanya dilakukan di Kota Mataram ini juga mendapat protes dari Anggota DPRD Lombok Barat Indra Jaya Usman. Dikatakan, kebijakan pelaksanaan pasar murah yang hanya di Kota Mataram dirasa tidak adil. Seharusnya, di Lombok Barat juga dilaksanakan operasi pasar seperti di Kora Mataram.

“Jangan di Kota saja, konstituen kami di Lombok Barat juga protes, agar bisa hadirkan pasar murah seperti di Mataram yang dilakukan Pemprov,” ungkap pria yang akrab disapa Iju ini.

Menurutnya, jika alasan Dinas Perdagangan NTB fokus di Kota Mataram untuk mencegah inflasi, justru sangat aneh, sebab sebagian konsumen pasar di Kota Mataram juga berasal dari daerah-daerah pemukiman yang ada di perbatasan Lobar dan Mataram.

“Mataram dan sebagian lobar, memiliki tradisi yang sama dalam merayakan maulid Nabi Besar Muhammad SAW, seperti wilayah Gunung Sari, Labuapi, Lingsar dan lainya,” bebernya.

Tidak hanya itu, kata Iju, bukan hanya yang diperkotaan saja, daerah-daerah terpencil juga seharusnya dilayani dengan pasar murah ini. tidak hanya di wilayah perkotaan, sebab di kota banyak alternatif tempat belanja warga yang menawarkan diskon dengan adanya persaingan usaha, berbeda dengan wilayah perdesaan yang tidak banyak punya pilihan.

“Coba lihat wilayah-wilayah sekotong, buwun mas dan lainnya. Warga tidak punya pilihan, jadi harga barang tinggi,” pungkasnya. (red)