Solusi Mengatasi Permasalahan Janda di Lombok Barat
Penulis : Alba Qiatusshalihat (Mahasiswa Fisipol Universitas Mataram 2017)
KORANNTB.com -Pernikahan merupakan suatu hal yang sangat didamba-dambakan oleh para wanita. Melalui pernikahan itulah sang wanita benar-benar merasa bukti dari sebuah ketulusan dari laki-laki pujaan hatinya. Melalui pernikahan itu juga, konsep suci dan impelementasinya dapat dirasakan dalam kehidupan berumah tangga.
Tentunya setiap pasangan sangat ingin membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan warrahmah. Langkah demi langkah tersebut selalu dipikirkan oleh para pasangan namun tentunya terlepas dari itu, setiap manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa tentunya akan memiliki suatu permasalahan atau bala rintangan yang akan selalu menghiasi kehidupan rumah tangga setiap pasangan.
Atas dasar itulah terciptanya masalah-masalah yang begitu rumit yang dialami oleh setiap para pasangan terlebih lagi pernikahan usia anak di mana anak wanita pada umumya belum pernah sama sekali mengalami masalah mental dan psikologis yang tentunya berbeda kondisi ketika mereka masih ditanggung hidup oleh orang tuanya dan ketika mereka sudah tinggal bersama suaminya.
Ketika ada masalah di kehidupan rumah tangganya maka pasti kebanyakan dari mereka pulang ke rumah orang tuanya karena tidak sanggup atau sulit menemukan solusi dalam permasalahan rumah tangganya.
Membicarakan fenomena sosial tentunya tak terlepas dari permasalahan dari janda. Janda merupakan wanita yang tidak bersuami lagi, baik karena ditinggal ataupun cerai mati oleh suaminya (Departemen Pendidikan Nasional , 2003:457).
Status janda bukanlah posisi yang menguntungkan bagi perempuan secara biologis, psikologis, dan sosiologis. Hal itulah yang menyebabkan banyak janda cenderung memiliki masalah-masalah terlebih lagi masalah akibat status janda tersebut yang dianggap tidak berdaya, lemah dalam artian tidak bisa melakukan segala aktivitas layaknya sebagai wanita, dan kemudian perlu dikasihani oleh masyarakat luas.
Di Lombok Barat, maraknya janda disebabkan oleh angka pernikahan dini yang begitu besa sehingga mental mereka belum siap untuk membina rumah tangga. Pernikahan dini tersebut disebabkan oleh faktor antara lain pendidikan yang relatif rendah sehingga kebanyakan perempuan untuk mencukupi beban hidupnya tidak ada cara lain selain menikah.
Selain itu juga terdapat faktor KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) karena tidak mau dipoligami sehingga sang istri ingin menggugat cerai suaminya dan lebih memilih menjadi seorang janda.
Menurut data yang dilansir dari berbagai sumber di antaranya adalah dari Suara NTB setidaknya terdapat 33 ribu janda di Lombok Barat, para janda ini kebanyakan menjadi janda karena ditinggal cerai dan janda muda serta ditinggal cerai menjadi TKI ke luar negeri. Tentunya hal tersebut akan memberikan dampak yang begitu besar diantaranya adalah komposisi penduduk berubah, banyaknya anak yang ditelantarkan akibat tidak diurus oleh orang tuanya dan juga pengangguran serta kemiskinan.
Menurut pandangan penulis, cara menanggulangi masalah tersebut yakni dengan mengurangi pemikiran-pemikiran jika pernikahan usia dini tersebut merupakan salah satu jalan keluar untuk terbebas dari kehidupan yang berantakan atau serba kekurangan.
Selain itu kita sebagai agent of change di dalam masyarakat melibatkan atau menuntut peran berbagai stakeholders yakni pemerintah atau lembaga terkait untuk mengembangkan program-program yaitu bantuan UEP (Usaha Ekonomi Kreatif) dalam bentuk home industry atau innovation women agar masyarakat bisa berusaha sendiri ketika para wanita sudah tidak memiliki penghasilan, kemudian penyuluhan tentang pola asuh anak dan bahaya dari pernikahan dini dalam perspektif psikologis dan sosiologis, pembinaan janda melalui pengoptimalan kelompok-kelompok dalam masyarakat, dan membuat program bina keluarga baik dalam pemberian akses pendidikan, kesehatan, dan tempat tinggal.
Selain itu juga perlu membuat forum khusus perempuan dalam pembangunan atau melakukan bimbingan konseling kepada para janda, baik forum berbasis teknologi yang memanfaatkan media sosial maupun dari forum face to face di setiap desa yang berpotensi sebagai desa penghasil janda yang ada di Lombok Barat. (red)