KORANNTB.com – Jumlah pasien positif Coronavirus COVID-19 di Nusa Tenggara Barat (NTB), terus bertambah. Pada Sabtu, 18 April 2020 kemarin, tercatat secara akumulatif 61 pasien positif. 11 di antaranya telah sembuh dan tiga meninggal.

Ketua Pelaksana Harian Gugus Tugas NTB, Lalu Gita Ariadi, dalam keterangan pers kemarin mengatakan terjadi penambahan enam kasus pada Sabtu kemarin. Satu di antaranya meninggal. Uniknya, enam kasus tersebut 100 persen merupakan pasien dengan klaster Gowa.

“Dengan adanya tambahan enam kasus baru terkonfirmasi positif COVID-19, tidak ada sembuh baru, dan satu kematian, maka jumlah pasien positif COVID-19 di Provinsi NTB sampai hari ini sebanyak 61 orang, dengan perincian 11 orang sudah sembuh, tiga meninggal dunia, serta 47 orang masih positif dan dalam keadaan baik,” kata Lalu, kemarin.

NTB sedikitnya memiliki tujuh klaster penyebaran Coronavirus. Masing-masing klaster Jakarta yang mana bermula dari dua pasangan suami-istri (pasien 01 dan 02) warga Aikmel Lombok Timur yang pergi mengikuti Muktamar Internasional di Jakarta. Alhasil, empat orang terdekat mereka positif Corona. Masing-masing pasien 06, 09, 10 dan 25.

Kemudian ada klaster Bogor, pasien nomor 04, seorang pendeta asal Buleleng Bali berdomisili di Mataram yang mengikuti acara Sinode Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) di Hotel Aston, Bogor. Saat balik ke Mataram, sebanyak 14 warga ikut terpapar Corona, satu di antaranya meninggal. Pasien yang ikut terpapar adalah pasien nomor 14, 18 (meninggal), 28, 29, 30, 37, 46, 45, 16, 23, 24, 12, 47 dan pasein nomor 17.

Ada klaster luar negeri pasien nomor 08 yang baru tiba ke Lombok setelah balik dari Amerika bekerja di kapal pesiar. Ada klaster Jakarta 2, pasien nomor 05 yang telah meninggal pulang dari Jakarta. Ada juga pasien klaster transmisi lokal nomor 27 yang tidak diketahui di mana dia terpapar, karena tidak memiliki riwayat perjalanan ke daerah pandemi maupun berinteraksi dengan pasien positif.

Ada juga klaster Sukabumi. Pasien nomor 35, 48, 49, 50, 51. Mereka adalah siswa yang mengikuti pendidikan Sekolah Inspektur Polisi (SIP) Setukpa Lemdiklat Polri di Sukabumi.

Paling banyak adalah klaster Gowa, Sulawesi Selatan. Sebanyak 28 pasien dinyatakan positif COVID-19. Masing-masing pasien adalah pasien nomor 03, 07, 11, 15, 13, 20, 26, 34, 36, 42, 43, 40, 52, 53, 54, 55, 19, 60, 61 (meninggal). Kemudian beberapa warga di NTB ikut terpapar Corona akibat transmisi lokal yang mereka lakukan. Masing-masing pasien yang ikut positif pasien nomor 22, 44, 56, 57 dan 58.

Klaster Gowa diketahui merupakan salah satu klaster terbesar penyumbang jumlah pandemi di Indonesia. Itu bermula saat jamaah tablig mengikuti Ijtima se Asia yang digelar di Gowa. Padahal saat itu Indonesia telah mulai masuk wabah Corona.

Hampir 10 ribu warga masing-masing daerah di Indonesia berkumpul di sana, bahkan 411 adalah warga Malaysia, Arab Saudi, Thailand, Bangladesh, India dan Filipina. Peserta Ijtima asal NTB jumlahnya cukup fantastis, totalnya 752 orang. Mereka tiba di daerah masing-masing di NTB secara bertahap.

Kepala Pelaksana BPBD NTB Ahsanul Khalik, mengatakan pada Jumat 17 April 2020 kemarin, sebanyak 720 klaster Gowa menjalani rapid test. Hasilnya, 23 persen atau 165 orang hasil test reaktif. Mereka kemudian menjalani isolasi mandiri.

“23 persen atau 165 orang rapid test reaktif,” katanya, Minggu, 19 April 2020.

Mereka yang memiliki hasil reaktif akan dilakukan pengambilan SWAB untuk menentukan apakah positif atau negatif COVID-19.

Klaster Keras Kepala

Walikota Mataram Ahyar Abduh, mengatakan klaster Gowa adalah klaster paling keras kepala di antara klaster lainnya. Beberapa OPD (Orang Dalam Pemantauan) masih enggan menjalani isolasi mandiri di fasilitas yang disiapkan pemerintah.

“Ini klaster Gowa pagah (keras kepala). Di Mataram ada empat orang reaktif, saat diurus dicari mereka tidak  ada di tempat,” kata Ahyar Abduh, Selasa malam, 14 April 2020 di Mataram.

Empat ODP ini disebutkan sudah melakukan rapid test dan hasilnya menunjukan reaktif. Sesuai protokol, jika ODP menunjukan hasil yang reaktif saat dilakukan rapid test, maka harus segera diisolasi atau karantina di lokasi yang disediakan pemerintah daerah.

Ahyar menandaskan, para ODP klaster Gowa harusnya bersikap kooperatif untuk mengikuti protokol penanganan Covid-19. Hal ini demi kebaikan dirinya, keluarga, dan masyarakat umum.

“Masyarakat sudah sangat khawatir dengan keadaan mereka. Saya tegaskan agar para ODP ini kooperatif, harus mereka isolasi diri atau mau menempati lokasi isolasi yang sudah kita siapkan di Wisma Nusantara, terutama yang hasil tesnya reaktif,” tegasnya.

Ahyar menandaskan, selama ini Pemkot Mataram dan Gugus Tugas Kota Mataram selalu melakukan pendekatan persuasif, agar para ODP ini mau mentaati aturan isolasi diri. Namun, sebagian ODP masih ada yang bandel sehingga ke depan Pemkot akan menerapkan langkah-langkah yang tegas dengan berkoordinasi bersama TNI dan Polri.

“Selama ini kita imbau secara persuasif, tapi kalau sudah diingatkan berkali-kali dengan cara baik-baik tetap tidak taat aturan dan membandel, ya mau tidak mau kita akan libatkan penegak hukum, TNI-Polri,” ujarnya.

Namun, kini klaster Gowa dikabarkan sudah mulai koorperatif dengan ikut menjalani isolasi mandiri. Hal itu ditegaskan, Kepada BPBD NTB Ahsanul Khalik. “Sudah kooperatif dia,” katanya. (red)

Foto: Canva