KORANNTB.com – Pertumbuhan angka kasus positif Covid-19 di Kota Mataram dua pekan terakhir lebih banyak disumbang dari Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan pelaku perjalanan tanpa gejala (PPTG). Sementara kasus positif di lingkungan, berhasil ditekan berkat konsep Penanganan Covid-19 Berbasis Lingkungan (PCBL) di ibukota NTB ini.

“Angka kasus di Mataram memang banyak. Tapi harus dicatat, sudah tidak ada sumbangan dari lingkungan, yang positif ini didominasi PDP atau pasien yang memang dirawat karena penyakit penyerta, dan juga para PPTG atau orang-orang yang hendak keluar atau masuk NTB ini,” tegas Ahyar Abduh, Rabu, 8 Juli 2020.

Ahyar menegaskan, Kota Mataram sebagai ibukota NTB memiliki trafic dan mobilitas manusia yang tinggi. Namun potensi penyebaran corona sudah berhasil ditekan di tingkat lingkungan di setiap Kelurahan melalui PCBL.

Beberapa lingkungan yang tadinya menjadi epicenter kluster, kini sudah berubah menjadi zona kuning dan hijau.

“PCBL kita sudah sangat efektif, ini kami sampaikan apresiasi yang tinggi kepada para kepala lingkungan, Lurah dan Camat yang sudah bekerja tak kenal lelah. Termasuk apresiasi untuk TNI-Polri yang sudah sangat mendukung PCBL di Kota Mataram,” ujarnya.

Data Gugus Tugas Covid-19 NTB menyebutkan, hingga Selasa malam (7/7) jumlah komulatif kasus positif corona di Kota Mataram tercatat sebanyak 625 kasus positif. Namun dari jumlah tersebut sebanyak 361 orang sudah dinyatakan sembuh, dan yang masih dirawat sebanyak 221 orang. Sedangkan kasus meninggal dunia 43 orang.

Ahyar menjelaskan, para pasien yang tercatat meninggal dunia sebagian besar merupakan PDP dengan penyakit comorbid atau penyakit penyerta.

“Yang sembuh di Kota Mataram sudah lebih banyak dari yang masih positif dan dirawat. Sedangkan untuk yang meninggal, itu lebih banyak karena penyakit penyerta seperti jantung, diabetes, dan lain-lain. Jadi ini juga harus dibuka agar masyarakat kita teredukasi dan tidak panik,” katanya.

Sejak awal Juli lalu, Pemkot Mataram juga meluncurkan program pembiayaan untuk masyarakat yang ingin melakukan rapid test atau swab secara mandiri. Pemkot Mataram menggratiskan biayanya sepanjang dilakukan di Puskesmas atau RSUD Kota Mataram.

Hal ini juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat yang terkategori kelompok rentan seperti PDP dan juga pala pelaku perjalanan.

“Untuk RS atau klinik swasta kita sampaikan agar jika ada warga Kota Mataram yang ingin rapid test atau swab mandiri bisa diarahkan ke Puskesmas atau RSUD Kota Mataram, karena biayanya kami tanggung, kami gratiskan,” katanya.

Menurut dia, hal ini merupakan salah satu dari sekian banyak keseriusan Pemkot Mataram dalam penanganan Covid-19 di ibukota NTB ini.

Ahyar mengakui, saat ini tuga berat Pemkot Mataram adalah bagaimana terus mengedukasi dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang saat ini cenderung sudah berlaku normal. Padahal masyarakat harus tetap mentaati protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, rajin cuci tangan, dan selalu menjaga jarak.

Karena itu, Pemkot Mataram juga terus melakukan pemantauan di pusat keramaian, fasilitas publik dan pusat perbelanjaan agar protokol kesehatan tetap ditaati.

“Kita lihat perekonomian kita mulai bergeliat sekarang ini. Ini hal bagus agar dampak pandemi tidak berkepanjangan. Yang jelas Pemkot tetap bekerja, aktivitas perekonomian berjalan sementara masyarakat terus kita imbau dan edukasi agar taat protokol,” tukasnya.

Ahyar menekankan, tingginya angka kasus positif di Mataram jangan dinilai sebagai sebuah kegagalan. Justru hal itu menunjukan Satuan Gugus Tugas Kota Mataram terus bekerja dengan maksimal.

“Mataram kan sama seperti Surabaya, Denpasar, dan ibukota Provinsi lainnya, mobilitas tinggi dan potensi pasti tinggi juga. Tapi yang terpenting kami tetap bekerja, bagaimana penyakitnya tertangani dan dampak sosial ekonominya kita minimalisir. Biar saja yang lain ngomong nyinyir, kami Pemkot Mataram bekerja saja,” tegasnya. (red)