KORANNTB.com – Mi6 memprediksi Pilkada Serentak di kota Mataram, Lombok Tengah dan Sumbawa Besar akan berlangsung seru dan anti klimaks. Hal ini karena semuanya akan ‘dipertaruhkan’ demi mempertahankan prestise dan marwah politik. Maka tak heran jika nanti Adu Kuat Elit yang ‘bertarung’ penuh dengan kejutan di akhir ronde.

Sementara itu jelang masa pendaftaran calon di KPU awal September mendatang, konfigurasi dan bloking Parpol makin mengerucut front politiknya. Hal yang menarik diamati misalnya koalisi taktis PDIP dan PKS di Kota Mataram dan Kabupaten Bima yang tidak boleh dianggap biasa karena pasti ada effort maupun rencana strategisnya, tidak hanya sekedar pertimbangan pragmatis semata.

Di lain sisi Parpol besar lainnya, semisalnya Partai Gerindra nampaknya cenderung ingin membangun koalisi politik sendiri sebagai anti tesa mengimbangi blok politik Parpol lain. Agaknya Partai Gerindra sadar, momentum Pilkada serentak di tujuh kabupaten/kota merupakan tolok ukur/test case kekuatan mesin partai sekaligus prepare diawal guna kepentingan strategis ke depannya.

Demikian analisis Politik Mi6 menyikapi dinamika Pilkada Serentak di NTB, khususnya di Mataram, Lombok Tengah dan Sumbawa Besar melalui siaran pers yg disampaikan ke media, Jumat, 31 Juli  2020.

Menurut Direktur Lembaga Kajian Sosial dan Politik Mi6, Bambang Mei Finarwanto, SH mengapa bobot Pilkada serentak di Mataram, Lombok Tengah dan Sumbawa Besar dipandang memiliki kelebihan dibanding Pilkada di kabupaten lain di NTB. Hal ini tentu tidak terlepas  dari posisi wilayah yang dianggap memiliki nilai strategis, termasuk dari sisi geopolitiknya.

“Selain itu tidak kalah pentingnya yakni uniform para elit politik yang bertarung di wilayah tersebut mencerminkan kapasitas dan power politik yg dimilikinya,” kata pria yang akrab disapa Didu ini.

Didu melanjutkan dari sisi geopolitik, Pilkada Sumbawa Besar misalnya, harus diakui menjadi seksi dan menarik karena ada paslon Mo-Novi, di mana papan duanya adalah adik kandung Gubernur NTB, Dr Zul yang juga Ketua Tim Pemenangan Pilkada se NTB dari PKS. Pilkada ini bisa jadi sebagai test lapangan untuk mengukur resonansi power politik dan pengaruh Dr Zul sebagai brands image dan vote getter Paslon Mo – Novi.

“Dr Zul jelas tidak akan  membiarkan begitu saja Mo – Novi karam di akhir ronde. Ia pasti akan menggerakkan simpul jaringan pemenangannya yang sudah teruji di Pilgub NTB 2018 itu untuk memback up Mo Novi,” kata pria tambun mantan ED Walhi NTB sembari mengatakan kekalahan Mo – Novi secara politik akan mengurangi legitimasi politik  kekuatan Dr Zul di kandangnya sendiri yang implikasi bisa ke mana-mana seperti efek domino.

Di lain sisi calon rival Mo-Novi seperti Jarot – Mukhlis yg diusung Gerindra – PAN,  Nurdin – Burhanudin Jafar Salam yang konon bakal didukung PPP dan Demokrat  ataupun Paslon independen yang lolos, tentu tidak ingin dipecundangi dengan mudah oleh rivalnya. Mereka pasti memberikan perlawanan all out  menarik simpati pemilihnya. Apalagi kekuatan para paslon yg bertarung itu rata – rata mewakili keberimbangan zona wilayah yang berpengaruh kepada peta dukungan pemilih Paslon.

“Pemenang Pilkada Sumbawa Besar ini mudah ditebak yakni, Siapa yang rajin door to door, tidak memiliki resistensi sosial dan terakhir pandai mengambil hati dan maksud para vote getter dan konstituennya. Itulah pemenang yang sejatinya,” tambahnya.

Konstelasi Lombok Tengah

Sementara itu konstelasi jelang Pilkada Lombok Tengah, selain kekuatan blok politik petahana, menarik diamati adalah manuver yang dimainkan oleh politisi muda dari Parpol yang jumlah kursinya di parlemen kecil. Sadar atas hal tersebut, PDIP dan Nasdem   membuat aliansi politik untuk menaikkan posisi tawarnya.

“Agaknya jaringan politisi muda ini ingin mengirimkan pesan politik untuk bersiap melakukan perubahan yang elementer lewat calon yang diusung,” urainya.

Selain itu Didu menyoroti manuver politik taktis yang dimainkan oleh PKB yang diprediksi akan berkoalisi dengan PKS. Jika persekutuan  politik PKB dan PKS terjadi, maka baru pertama dalam sejarah Pilkada di Lombok Tengah, PKB dan PKS satu front sekaligus menjadi partai pengusung utama calon. Dengan kekuatan 12 kursi di parlemen, baik PKB dan PKS memenuhi syarat mengajukan calon yang diusung ke KPU.

“Aliansi PKB dan PKS ini harus dimaknai sebagai bentuk power sharing  yang benar. Berbagi kekuatan untuk saling dukung dan memenangkan jagoannya  di masing-masing wilayah,” kata Didu.

Lebih jauh Didu menambahkan, Momentum Pilkada Lombok Tengah ini akan dijadikan out look  PKB ataupun PKS untuk merubah image atau sterotype  bahwa asumsi selama ini menganggap mereka  underdogs, tidak memiliki kekuatan maupun resources yang kuat guna memenangi gelaran Pilkada.

“Ketua DPW PKB NTB, HL Hadrian Irfani maupun Ketua Tim Pemenangan PKS, Dr Zul tentu memiliki kalkulasi politik tersendiri melawan opini yang asumtif tersebut untuk memenangkan calonnya menaklukan rival politiknya di arena kontestasi Pilkada Lombok Tengah,” katanya. (red)