KORANNTB.com – Dinas Pariwisata (Dispar) Lombok Barat (Lobar) akhirnya mulai merilis proyek fisik penataan Senggigi. Setelah lama dinantikan, Dispar pun melakukan Pra Construction Meeting (PCM) dengan seluruh pelaksana proyek, konsultan perencana dan konsultan pengawas, Balai Pelaksanaan Jalan Nasional, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Lobar, Dinas Perumahan dan Permukiman Lobar.

“Sesungguhnya skema Revitalisasi Senggigi adalah untuk tujuh lokasi. Namun dengan mempertimbangkan aspek hukum dan kehati-hatian, kami hanya mengajukan lima proyek untuk bisa dilaksanakan. Banyak kendala dari aspek mendetailkan perencanaan yang membuatnya terlambat rilis. Hal lain adalah karena ini masuk bagian dari skema pinjaman daerah,” terang Kepala Dispar Lobar H. Saepul Akhkam di ruang rapat Dispar, Rabu, 23 September 2020.

Lima proyek itu adalah penataan kawasan Makam Batulayar dengan pagu kurang lebih Rp. 2,6 milyar, kawasan Pura Batu Bolong senilai kurang lebih Rp. 1,2 milyar, Kawasan Sekitar Restaurant Alberto senilai sekitar Rp. 1,6 milyar,  Kawasan Sekitar Hotel Sheraton sekitar Rp. 2,6 milyar, dan Kawasan Sekitar Hotel Pasifik dengan nilai proyek kurang lebih Rp. 1,7 milyar. Dua proyek batal ditenderkan adalah Kawasan Pantai Kerandangan dan Kawasan Pantai Loco.

“Lahan dua lokasi ini, sampai waktu yang kita harapkan tidak bisa diclearkan. Ini lahan bukan milik pemda. Kita sangat ingin menata tapi tidak ada kata ok dari pemilik, walaupun untuk pinjam pakai,” terang Akhkam.

Dari PCM ini diketahui bahwa perusahaan rekanan yang menjadi mitra dalam lima proyek ini adalah PT. Nina Arta Proganda Putri, PT. Pardomuan Nauli, CV. Alfandi Putra, PT. Sanur Jaya Utama, dan CV. Wandy Dwiputra.

Suhendi yang merupakan salah satu pelaksana proyek dari CV. Wandy Dwiputra mengaku jika dalam proyek ini sedikit berbeda terkait masalah tenggat waktu. Seperti yang diketahui, pelaksanaan proyek Revitalisasi Senggigi ini ditargetkan rampung di bulan Desember ini.

“Ini karena waktunya singkat, tapi saya akan usahakan untuk penyelesaian pekerjaan saya semaksimal mungkin dan sesingkat mungkin,” ucap Suhendi.

Ia juga memaparkan beberapa kendala lapangan yang kemungkinan akan dihadapi saat pelaksanaan seperti struktur tanah di lokasi proyek, adanya tiang maupun lampu jalan yang belum bisa direlokasi, dan juga kendala yang ada kaitannya dengan dinas maupun pihak lain.

“Dan itu juga nanti tergantung kendala di lapangan, karena di perkerjaan ini bukan kayak pekerjaan gedung yang lokasi dan lain-lainnya sudah seperti itu. Ini juga banyak kaitannya dengan pihak lain, seperti Dinas Perkim, Balai Jalan dan lainnya. Kita belum bisa gerak di sana karena harus menunggu dari pihak yang tadi,” paparnya.

Tetkait dengan kendala di lapangan, salah satu perwakilan dari konsultan perencana Akhirul mengiyakan hal tersebut. Namun ia berharap kendala tersebut bisa dituntaskan dengan koordinasi yang bagus.

“Karena pekerjaan kita ini berada di koridor jalan nasional, tentu semua harus melalui rekomendasi dari Balai Jalan dan ini mungkin agak lama prosesnya,” tutur Wong sapaan akrab Akhirul.

Ia menambahkan juga karena proyek ini berada di daerah sekitar pantai yang memang topografinya tidak biasa, bisa juga menjadi kendala, namun hal itu menurutnya bisa ditampung dalam perencanaan.

“Tentu saja di dalam semua bisa diakomodir dalam perencanaan, tapi bisa saja ada perbedaan ekspektasi antara perencana dengan pelaksana di lapangan,” ujar Wong.

Tapi, imbuhnya, tentu semua itu harus didukung dengan data teknis perbedaan-perbedaan yang disampaikan oleh pelaksana supaya bisa dikonfirm. Hasilnya nanti tentu akan didiskusikan yang nantinya bisa menghasilkan hasil yang lebih baik.

Di akhir kesempatan, Akhkam mengingatkan agar pekerjaan proyek bisa berjalan baik dan  sesuai dengan perencanaan. Selain itu  Suhendi maupun Wong menyampaikan keinginan yang sama untuk melihat Senggigi kembali menjadi pusat destinasi wisata di pulau Lombok. (red)