Idi Amin Sang Diktator Uganda: Kebodohan pada Jubah Tiran
KORANNTB.com – Siapa sangka seorang prajurit yang siap membela negara dan mendedikasikan dirinya untuk pemimpin justru melancarkan kudeta dan merebut kekuasaan.
Dialah Idi Amin Dada (1971-1979) yang melakukan kudeta terhadap Presiden Milton Obote pada 25 Januari 1971. Jenderal Idi Amin melancarkan kudeta saat sang presiden sedang mengikuti pertemuan di Singapura. Dia kemudian mengaku sebagai pemimpin Uganda.
Kamus diktator sudah mulai tertanam sejak awal karier di militer. Dia kerapkali dikritik bahkan oleh Inggris akibat sering melakukan penyiksaan.
Idi Amin sebelum melancarkan kudeta telah jauh hari menggalang kekuatan militer. Uang dari hasil perdagangan gelap dikumpulkan untuk biaya melancarkan kudeta.
Idi Amin bahkan tidak segan-segan membunuh musuhnya pro presiden Uganda sebelumnya. Catatan sekitar 300 ribu orang Uganda hilang dan terbunuh.
Kekuasaan dilakukan dengan menebar teror. Membunuh setiap rakyat yang melawan. Tentara Uganda kala itu hanya menggunakan senjata untuk membunuh serta meneror rakyat sendiri.
Toko India dan Hiper Inflasi
Untuk mempertahankan kekuasaan, Idi Amin melancarkan propaganda dengan dalih nasionalisme. Sasarannya orang Asia, khususnya India yang sebagian besar memiliki profesi berdagang di Uganda.
Idi memprovokasi rakyat dengan alasan India berkuasa di Uganda dengan membuka bisnis yang banyak di tengah kemiskinan di Uganda.
Idi memerintahkan seluruh orang India di Uganda untuk pergi kembali ke negara mereka. Teror demi teror dilakukan untuk mengusir orang India.
Saat pendatang India meninggalkan Uganda, toko-toko milik mereka diserahkan ke penduduk Uganda. Hasilnya, Idi dicintai rakyat, tentu untuk sementara.
Namun untuk berdagang memiliki keahlian khusus. Tidak semua orang paham berdagang. Akibatnya, terjadi hiper inflasi di Uganda, karena rakyat tidak memiliki keahlian untuk mengelola toko-toko peninggalan pendatang India.
Idi Amin tercatat sebagai diktator yang kocak dan kurang cerdas menfasilitasi rakyat mengambil toko India tanpa pelatihan berniaga.
Tebar Teror
Kekacauan di Uganda membuat Idi Amin membuat kamp penyiksaan rakyat sendiri. Rakyat yang melawan akan dibawa ke kamp untuk selanjutnya disiksa.
Sebuah pusat penelitian bernama State Research Bureau di Kampala, Uganda, menjadi tempat favorit untuk penyiksaan. Banyak rakyat Uganda terbunuh di sana. Uniknya, dari banyak orang yang disiksa, Idi Amin sengaja membiarkan satu tahanan kabur agar dapat menceritakan pengalaman sadis penyiksaan ke rakyat. Itu membuat rakyat Uganda takut untuk melawan.
Februari 1977 tepat 6 tahun menjadi diktator, Idi Amin mendapatkan kritik dari Uskup Agung Anglikan Uganda, Junani Luwun dan tiga kerabatnya Rwanda, Burundi, dan Zaire. Mereka menentang kepemimpinan Idi yang menyakiti rakyat.
Idi Amin balik menuduh uskup dan dua menteri kabinet merencanakan menggulingkan kekuasaan dan menyimpan senjata untuk antisipasi pemberontakan Anglikan. Besoknya dua menteri bersama uskup agung ditemukan di dalam mobil yang hancur, seolah-olah mereka tewas kecelakaan.
Menurut kesaksian saksi, Luwun dan istrinya menghadiri pertemuan di rumah Idi Amin. Amin menuduh Luwun berkhianat dan memaksa menandatangani pengakuan palsu. Luwun menolak dan ditahan. Di markas riset negara Luwun dipukul dan diancam.
Sesat kemudian, Idi Amin datang ke sel Luwun untuk memaksakan tanda tangan. Namun alih-alih memberikan tanda tangan pengakuan palsu, Luwun justru berdoa memohon belas kasihan kepada Tuhan untuk Uganda dan rakyatnya. Itu membuat Idi Amin murka dan menembaknya.
Perang Tanpa Keahlian
Kekocakan berikutnya dari Idi Amin adalah mencoba berperang dengan negara lain. Itu untuk membangun nasionalisme rakyat Uganda di tengah teror dan gejolak dalam negeri.
Oktober 1978 Angkatan Darat Uganda melintasi perbatasan selatan Uganda dan menginvasi Tanzania tanpa alasan yang sah. Idi Amin berdalih Tanzania memiliki kedekatan dengan Milton Obote (presiden lama Uganda).
Idi Amin sangat percaya diri tentaranya memiliki persenjataan yang bagus, sehingga akan mudah mengalahkan Tanzania.
Namun yang tidak dipikirkan Idi Amin, tentaranya selama ini hanya terlatih melawan rakyat Uganda sendiri yang tanpa senjata. Mereka tidak memiliki pengalaman maupun kemampuan bertempur.
Alih-alih menginvasi Tanzania, justru tentara Tanzania balik melancarkan invasi ke Uganda. Tentara Tanzania jauh lebih teratur daripada tentara Uganda yang hanya memiliki pengalaman menyiksa rakyat sendiri.
Hingga ke ibu kota, Tentara Tanzania terus memburu dan melakukan serangan sengit. Idi Amin kabur menggunakan mobil radio ke desa terpencil.
Dari desa terpencil, Idi Amin melakukan siaran radio meminta kepada rakyat Uganda yang telah lama dia sakiti untuk membela Idi Amin melawan tentara Tanzania. Tentu saja itu upaya yang sia-sia.
Amin melarikan diri ke Libya yang merupakan negara sekutu. Dia selama 10 tahun mengasingkan diri di sana, lalu selanjutnya pindah ke Arab Saudi hingga meninggal dunia 16 Agustus 2003 di Jeddah. (red)