KORANNTB.com  – Tak banyak yang tahu bahwa Lombok pernah menjadi bagian dari sejarah penting dunia penerbangan. Di Desa Surabaya, Kecamatan Sakra, Lombok Timur, berdiri Bandara Rambang — bandara pertama di Pulau Lombok yang telah beroperasi sejak masa penjajahan Belanda.

Keberadaan Bandara Rambang tercatat dalam peristiwa bersejarah The MacRobertson Air Race pada 20 Oktober 1934. Reli udara bergengsi lintas benua ini diselenggarakan oleh Royal Aero Club Inggris, dengan rute London–Melbourne sejauh 18.200 kilometer. Ajang tersebut menjadi sorotan dunia karena pesawat-pesawat dari berbagai negara berlomba menembus batas kemampuan teknologi penerbangan kala itu.

Dalam lomba tersebut, panitia menetapkan lima titik utama (pitstop) yaitu Baghdad (Irak), Allahabad (Pakistan), Singapura, Darwin, dan Charleville. Namun tak kalah penting, ada 22 bandara lain di sepanjang rute yang ditetapkan sebagai lokasi transit. Salah satunya adalah Lapangan Terbang Rambang di Lombok Timur.

Fasilitas ini menyediakan bahan bakar serta layanan perbaikan bagi para peserta lomba, menunjukkan betapa strategisnya Bandara Rambang dalam jaringan penerbangan internasional saat itu. Bandara ini pun sempat menjadi salah satu pangkalan penting penerbangan militer dan komersial, memperkuat konektivitas wilayah Indonesia timur sebelum era bandara modern.

Link Banner

Namun sayangnya, nilai sejarah ini kini berada di persimpangan. Di tengah kebijakan pemanfaatan lahan untuk sektor produktif, Bandara Rambang direncanakan akan dialihfungsikan menjadi tambak udang. Proses perubahan ini tengah dalam tahap persiapan, dan diproyeksikan sebagai bagian dari upaya peningkatan ketahanan pangan dan ekonomi daerah.

Meski menuai pro dan kontra, perubahan fungsi ini menandai babak baru bagi Bandara Rambang—dari saksi sejarah dunia menjadi bagian dari sektor agrikultur masa kini.