KORANNTB.com – Wakil Direktur 1 Politeknik Pariwisata Lombok Dr. Amirosa mengatakan saat ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) tidak lagi fokus mengejar angka kunjungan wisatawan di Indonesia saja, tapi lebih fokus pada usaha mendorong pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism di Indonesia.

Singkatnya, sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan adalah pengembangan konsep berwisata yang dapat dapat memberikan dampak jangka panjang. Baik itu terhadap lingkungan, sosial, budaya, serta ekonomi untuk masa kini dan masa depan bagi seluruh masyarakat lokal maupun wisatawan yang berkunjung. Demikian dikatakan Amirosa saat menjadi pembicara pada Temu Lingkungan dan Penanganan Komitmen Bersama Peduli Alam dan Lingkungan yang diselenggarakan

Yayasan Paguyuban Duta Lingkungan Hidup Provinsi Nusa Tenggara Barat kembali  di Ruang Amphiteater Kampus Politeknik Pariwisata Lombok kemarin.

Hadir sebagai pembicara, Wakil Direktur 1 Poltekpar Lombok Dr. Amirosa, Direktur Utama PDAM Lombok Tengah dan Kepala Dinas LHK Provinsi NTB.

Kegiatan tersebut dibuka Kadis Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB Zolemansyah.

Menurut Amirosa, dalam upaya mengembangkan sustainable tourism, Kemenparekraf/Baparekraf memiliki empat pilar fokus yang dikembangkan. Di antaranya pengelolaan berkelanjutan (bisnis pariwisata), ekonomi berkelanjutan (sosio ekonomi) jangka panjang, keberlanjutan budaya (sustainable culture) yang harus selalu dikembangkan dan dijaga, serta aspek lingkungan (environment sustainability).

Berbekal 4 pilar utama tersebut, tren pariwisata berkelanjutan akan menjadi kegiatan berwisata yang banyak diminati wisatawan. Tidak sekadar berlibur, setiap wisatawan juga tetap memerhatikan protokol berwisata yang berkaitan dengan kesehatan, keamanan, kenyaman, dan kelestarian alam.

“Menariknya, sebenarnya konsep sustainable tourism bukanlah hal baru di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya destinasi wisata berbasis sustainable tourism yang masih terus bertahan hingga sekarang” ujarnya.

Dia menambahkan, di tengah masa yang penuh ketidakpastian mengenai nasib kegiatan pariwisata, penelitian yang baru-baru ini dilakukan oleh pemimpin perjalanan digital, Booking.com, mengungkapkan tren positif terkait komitmen para wisatawan untuk memilih dan menerapkan wisata berkelanjutan di masa depan.

93% wisatawan Indonesia menurut hasil penelitian menganggap bahwa wisata berkelanjutan penting bagi mereka, sementara 72% mengatakan bahwa mereka berkomitmen untuk memilih opsi berkelanjutan ketika berwisata kembali di masa depan. Selain itu, melihat dampak nyata aktivitas wisata terhadap lingkungan membuat 76% wisatawan memilih hal-hal yang lebih ramah lingkungan dalam keseharian mereka.

Namun, walaupun banyak dari temuan ini cukup menjanjikan, masih banyak tantangan yang harus dihadapi, karena 37% wisatawan Indonesia tidak mengetahui bagaimana cara atau di mana dapat menemukan opsi wisata berkelanjutan dan 47% menganggap pilihan wisata berkelanjutan cukup terbatas. Ini menunjukkan bahwa masih ada peluang untuk memberikan edukasi mengenai opsi pariwisata berkelanjutan yang sebetulnya sudah ada saat ini.

Untuk memudahkan wisatawan menemukan dan memilih wisata berkelanjutan, koalisi the Travalyst, kemitraan global yang diinisiasi oleh The Duke of Sussex bersama dengan Booking.com dan perusahaan-perusahaan terkemuka lainnya, baru-baru ini mengumumkan perkembangan dari Kerangka Kerja Baru yang mendukung perkembangan dan tingkatkan pilihan akomodasi, penerbangan dan pengalaman berkelanjutan di seluruh industri. (Baca selanjutnya)