El Nino 2023 Mirip 1997-1998, Terburuk Sepanjang Sejarah
KORANNTB.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebutkan fenomena El Nino pada 2023 ini mirip dengan siklus kekeringan yang terjadi pada tahun 1997-1998 di Indonesia.
Pada tahun 1997-1998 kekeringan tidak hanya kesulitan air, tetapi kondisi Indonesia sangat berasap di mana kasus kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) sering terjadi yang memicu protes banyak negara karena sulit tertangani.
Peneliti Ahli Utama Kepakaran Klimatologi dan Perubahan Iklim BRIN, Erma Yulihastin dalam wawancara dengan CNBC Indonesia mengungkapkan fenomena El Nino saat ini terus mananjak dan tidak dapat diprediksi.
“Kami lihat kemungkinan hujan masih sangat sulit turun terutama di Pulau Jawa. Hampir seluruh selatan equator itu terdampak jadi tidak bisa hanya memetakan lokal. Kalau El Nino persis dengan kondisi 1997 itu semua rata,” katanya.
El Nino saat ini memiliki siklus yang tidak lagi bisa ditebak. Ini hampir sama dengan kejadian yang terjadi di 1997.
“Prilakunya sudah tidak seperti dulu lagi yang siklusnya mudah ditebak 2 sampai 7 tahun. Sekarang enggak seperti itu lagi,” ujar Erma.
Erma mengatakan terjadi kemiripan pola dengan 1997 di mana El Nino mulai pada bulan Juni, sama dengan yang terjadi pada 2023. Begitu juga dengan suhu muka air laut.
“Saat itu suhu permukaan laut Samudra Pasifik 0,5 kemudian naik menjadi 0,8 dan 1,1. Sekarang juga seperti itu diawali 0,5 kemudian 0,8 dan sekaran 1. Berbagai prediksi global akan terus menanjak 1 ini,” ujarnya.
“Jangan lupa saat itu dunia terjebak dalam asap. Itu sejarah mencatat Indonesia dikomplain banyak negara karena asap sulit sekali dipadamkan dan itu kondisi terkuat sepanjang sejarah dan terbanyak,” katanya.
Dia menjelaskan prilaku El Nino sangat tidak teratur, kadang naik dan kadang juga turun. Fatalnya jika kondisi El Nino tidak dapat diprediksi siklusnya. Baca juga: Mengapa El Nino Bisa Terjadi!