Sebelum ada internet, kita sering mengkritik media, seperti TV, radio, koran. Sekarang di era medsos, kita semua sudah jadi media itu sendiri. Kita dituntut menjalankan kritik kritik kepada media karena hari ini dan sampai kiamat nanti, kita adalah media.

Saat pemilu banyak sekali konten yang diproduksi pasukan medsos para kandidat, seperti tulisan, foto, meme, komik dan lainnya. Lazimnya kompetisi, konten isinya mempromosikan kandidatnya, mengkritisi kandidat lain.

Sekarang konten konten tersebut tinggal diubah untuk mempromosikan produk lokal, budaya, pariwisata, kuliner dan lainnya. Intinya konten konten yang mempromosikan dan membela Indonesia. Namun tetap kritik terhadap pemerintah harus tetap dilakukan.

Para pemilik akun medsos dengan pengikut banyak, sebaik juga jangan pelit-pelit, apalagi memasang tarif dalam membantu promosi pariwisata, produk Indonesia. Ingat masih banyak usaha rumahan yang mampu produksi, tetapi tidak punya biaya promosi.

Link Banner

Paradigma beberapa instansi pemerintahan yang masih ingin dilayani di internet juga sebaiknya diubah. Sudah saatnya pemerintah dengan laman dan akun medsosnya juga proaktif memuat konten yang dibuat warga.

Terakhir adalah isu kolaborasi terkait kepentingan nasional. Misalnya dalam menyikapi Google, Facebook, Instagram, Twitter yang berusaha menghindari pajak, gerakan separatisme, radikalisme, serta isu strategis lainnya.

Kita harapkan kedepannya, lebih banyak warganet yang lebih mengedepankan kepentingan nasional. Jika ada kebijakan pemerintah yang memperjuangkan kepentingan nasional, ya didukung.

Sebaliknya, jika ada kritikan oposisi terhadap kebijakan pemerintah yang tidak pro kepentingan nasional, ya kita dukung juga. Posisi anak muda seperti ini tampaknya lebih bermartabat.