“Pertama, dalam program menjadikan Indonesia tujuan pariwisata dunia bisa diperkuat dengan menjelaskan target Indonesia untuk masuk  peringkat 20 dalam Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI ) misalnya,” kata Taufan.

Dia mengatakan TTCI yang dirilis secara resmi oleh World Economic Forum (WEF) pada 24 Mei 2022 menunjukkan bahwa Indonesia melesat naik 12 peringkat, dari posisi 44 menjadi peringkat 32 besar dunia.

Menurut Taufan, rencana untuk melipatgandakan pengembangan destinasi pariwisata super prioritas di Indonesia harus benar-benar dikaji secara cermat mengingat saat ini dengan 5 Destinasi Pariwisata Super Prioritas (Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, Likupang) yang telah menjadi program strategis pariwisata nasional masih menyisakan persoalan-persoalan di destinasi yang belum tuntas hingga saat ini.

“Memasang target 30 Juta Wisman harus dibarengi dengan kehati-hatian di dalam menjaga kelestarian alam dan budaya di destinasi, karena sebagaimana kita ketahui orientasi pembangunan pariwisata saat ini bukan lagi bicara tentang quantity tourism melainkan quality tourism,” ujar Founder Temannya Wisatawan ini.

Kemudian Taufan juga menyoroti program ekonomi kreatif makin melaju. Bila mengacu pada data Badan Ekonomi Kreatif Indonesia, total kontribusi industri kreatif terhadap perekonomian Indonesia pada tahun 2020 mencapai Rp 1.100 triliun atau sekitar 7,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Dalam lima tahun terakhir, terdapat peningkatan kontribusi industri kreatif terhadap PDB Indonesia sebesar 0,7% per tahun.

“Industri kreatif Indonesia tidak terlepas dari beberapa tantangan yang harus dihadapi. Salah satu tantangan terbesar adalah terbatasnya akses permodalan dan sumber daya,” katanya.

Banyak pelaku industri kreatif di Indonesia masih menghadapi kesulitan dalam mendapatkan akses ke sumber daya yang diperlukan untuk mengembangkan bisnis mereka. Selain itu, masih banyak masalah terkait dengan perlindungan hak cipta dan hak kekayaan intelektual.