Penulis: Zurriyatun Thoyyibah

Link Banner

KORANNTB.com – Lombok memiliki ragam budaya dan adat istiadat. Salah satu yang unik adalah Maulid Adat Wet Sesait di Desa Sesait, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara. Maulid adat ini dilakukan dengan beragam prosesi seperti Bisok Menik (cuci beras) yang dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat setempat.

Hampir serupa dengan maulid adat di Bayan, maulid adat di Sesait yang berlangsung selama tiga hari.

Rangkaian acara pertama adalah Piak Pangan atau membuat pangan. Acara diisi dengan kekompakan warga membuat dodol atau pangan lainnya.

Kemudian hari kedua adalah Merembun yaitu proses menyerahkan hasil bumi menuju Kampu. Kampu adalah masjid kuno yang terletak di pedalaman Sesait.

Saat malam hari proses pemajangan segala persiapan dilakukan. Acara kemudian dilanjutkan dengan Perisean yaitu acara uji ketangkasan masyarakat pria Suku Sasak. Perisean digelar di depan masjid kuno atau Kampu.

Hari terakhir digelar acara Bisok Beras atau mencuci beras. Beras kemudian dimasak dan dimakan bersama-sama warga lainnya pada malam puncak yang disebut dengan Taekang Nasi Saji.

Adat istiadat yang ada di Lombok Utara bersifat kekeluargaan karena dalam proses kegiatannya melibatkan banyak orang secara gotong royong.

Adat istiadat tersebut berlangsung sejak zaman dulu. Bahkan ada piagam bernama Kontena yang ditinggalkan seorang tokoh tersohor bernama Said Anom.

Said Anom beri gelar Diah Kanjeng Pangeran Said Anom, yang telah mengajarkan agama Islam di seluruh wilayah kekuasaan Kerajaan Sesait hingga Islam berjaya pada masanya.

Said Anom meninggalkan catatan tentang penyelenggaraan adat istiadat. Isi catatan tersebut memuat poin: “Kehidupan tak lengkap dari saling menghargai, menghargai perbedaan yang ada dan menghargai alam semesta. Kesederhanaan dan kemandirian menghasilkan kesejahteraan dan ketenteraman sudah sepatutnya kita sebagai generasi muda melestarikan adat dan budaya agar tidak ditelan oleh zaman.”