Strategi TikTok dan Tokopedia Pasca Akuisisi
KORANNTB.com — Setelah akuisisi mayoritas saham Tokopedia oleh TikTok sebesar US$840 juta resmi disetujui oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), fokus kini beralih pada bagaimana strategi gabungan dua raksasa digital ini akan membentuk ulang wajah e-commerce di Indonesia.
Langkah strategis ini bukan sekadar penggabungan modal. TikTok dan Tokopedia tengah menjalankan integrasi model bisnis yang menyatukan kekuatan teknologi video pendek, algoritma berbasis kecerdasan buatan (AI), dan infrastruktur logistik serta pembayaran milik Tokopedia. Kolaborasi ini diyakini akan menciptakan standar baru dalam cara konsumen berbelanja secara digital.
Langkah Awal: Integrasi Ekosistem Belanja dan Konten
Sejak awal 2024, TikTok telah mulai menyisipkan fitur belanja langsung (live shopping) di aplikasinya. Namun, terbatasnya izin operasional membuat pertumbuhannya sempat tertahan. Akuisisi Tokopedia membuka jalan hukum sekaligus operasional untuk kembali aktif di pasar Indonesia.
Kini, strategi mereka mencakup:
- Integrasi penuh katalog Tokopedia ke TikTok Shop
- Penggunaan AI personalisasi rekomendasi produk dari video yang ditonton pengguna
- Optimalisasi jaringan mitra logistik Tokopedia untuk pengiriman yang lebih cepat dan terstandarisasi
- Meningkatkan konversi lewat konten dari kreator lokal dan UMKM
Pendorong Ekonomi Digital & UMKM
Salah satu nilai tambah utama dari konsolidasi ini adalah pemberdayaan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). TikTok-Tokopedia mengklaim akan mengalokasikan insentif dan pelatihan digital marketing untuk lebih dari 1 juta UMKM hingga akhir 2025.
Selain itu, platform ini juga merancang fitur baru berbasis AI-powered analytics untuk membantu pelaku UMKM:
- Memprediksi tren produk berdasarkan perilaku konsumen
- Menyusun strategi harga dinamis
- Membuat konten promosi otomatis berbasis template performa tinggi
- Langkah ini bisa mengakselerasi adopsi digital di sektor informal dan mendorong pemerataan ekonomi digital lintas daerah.
Pengawasan Regulator dan Tantangan Kompetisi
KPPU telah memberi persetujuan bersyarat terhadap akuisisi ini. Dalam ketentuan resminya, TikTok-Tokopedia diwajibkan:
- Menjaga persaingan sehat dengan platform e-commerce lain
- Transparansi algoritma promosi agar tidak memonopoli eksposur
- Tidak melakukan strategi harga predatori
Regulator juga akan memantau operasional mereka hingga 2027, sebagai bagian dari upaya mencegah dominasi yang tidak sehat di sektor teknologi perdagangan.
Menggeser Dominasi Pemain Lama?
Strategi TikTok-Tokopedia ini sudah mulai terasa dampaknya. Menurut data internal SimilarWeb dan iPrice awal Juni 2025:
- Kunjungan bulanan ke TikTok Shop naik 48%
- Tokopedia mengalami kenaikan transaksi produk lokal sebesar 32%
- Shopee dan Lazada mencatat penurunan pertumbuhan dua digit di Q1 2025
Banyak analis menyebut bahwa “social commerce 2.0” yang mengandalkan video, hiburan, dan kecerdasan buatan adalah masa depan belanja digital—dan TikTok-Tokopedia berada di garis depan tren ini.
Prediksi & Prospek ke Depan
Dengan pertumbuhan pengguna aktif TikTok di Indonesia yang telah menembus 125 juta, potensi monetisasi berbasis belanja sangat besar. Apalagi jika ditopang:
- Infrastruktur pembayaran langsung via dompet digital ByteDance
- Kolaborasi konten kreator dan brand lokal
- Ekspansi ke kota-kota lapis dua dan tiga melalui fitur “belanja hemat”
Jika strategi ini konsisten dijalankan, TikTok-Tokopedia bisa menjadi pemain dominan, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di kawasan Asia Tenggara.