DPR RI Desak Bandara NYIA Kulon Progo Tunda Operasional
KoranNTB.com – Anggota Komisi V DPR RI Bambang Haryo Soekartono, mendesak Kementerian Perhubungan menunda pengoperasian bandara baru, New Yogyakarta International Airport (NYIA) Kulon Progo.
Menurut Bambang, wilayah tersebut rawan bencana, terlebih saat gempa 5 magnitudo dulu, terlihat tanah mulai bergerak dan berpotensi likuifaksi.
“Pada saat terjadi gempa 5 skala richter lalu, tanahnya seperti ombak,” kata Bambang di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Rabu, 1 April 2019.
Dikatakan, sesuai hasil studi kelayakan disebutkan jika area lahan yang saat ini telah terbangun konstruksi bandara merupakan area yang dekat dengan jalur lempeng selatan yang diistilahkan dengan Indo-Australia, yang sering menghasilkan gempa megathrust.
“Saat saya tanyakan kepada Pak Menteri, dijawab kalau pihaknya telah menghitung kekuatannya untuk tahan gempa. Padahal dampak megathrust di atas 10 SR itu, berpotensi tsunami dengan ketinggian yang luar biasa,” ungkapnya.
Politisi Partai Gerindra ini mengatakan, hasil studinya ini ternyata diperkuat dan diamini profesor asal Jepang, yang menyebut wilayah tersebut rawan pergerakan tanah atau likuifaksi.
“Ini kan membahayakan proyek yang nilainya 10 triliun lebih. Tapi yang harus lebih jadi pertimbangan adalah akan membayakan publik. Karena menurut dia (profesor asal jepang), dengan gempa 8 SR saja, ketinggian ombak dampak tsunami bisa mencapai 12 meter di sisi terminal,” tandasnya.
Hal itu kata Bambang pernah terjadi dalam sejarah pada 300 tahun lalu. Karena itu dia meminta NYIA tidak hanya ditunda, namun dilakukan pemindahan bandara ke wilayah lainnya.
Bambang mengungkap pihak Kemenhub berusaha berkilah dengan mengatakan bandara telah menyiapkan ruang evakuasi di lantai 15.
“Emang ini bisa dan bisa secapat itu. Lantas bagaimana dengan pesawat yang sandar saat terjadi tsunami, tentu akan terseret dan bisa menghancurkan bangunan itu,” ketus Bambang.
“Artinya, meskipun orangnya sudah dievakuasi, tentu kesalamatannya masih diragukan, karena bangunannya bisa hancur,” tandasnya.
Menurut Bambang, hanya ada satu solusi agar NYIA dapat beroperasi, yakni dengan membangun tembok dalam laut. Meskipun harganya mahal, namun tentu nyawa manusia lebih berharga.
“Padahal sudah ada Peraturan Pemerintah yang melarang pembangunan di situ. Itu kan namanya cari perkara,” sesalnya.
Jika dunia internasional mengetahui kondisi yang sebenarnya, yakni masuk area rawan gempa, Bambang mengatakan para turis akan enggan melakukan penerbangan dengan tujuan bandara baru tersebut.
“Paling penting, bandara itu harus memenuhi syarat murah untuk trasnportasi lanjutannya. Ini sudah jelas tidak terpenuhi, karena lokasinya memang lebih jauh,” terangnya.
Pihaknya juga sempat mengaku heran, lantaran salah satu anggota Angkasa Pura yang mengatakan, bahwa potensi rawan bencana itu dapat diantisipasi dengan penanaman pohon cemara udang.
“Ini kan pendapat yang konyol. Kini saya semakin curiga jika pembangunan objek vital berupa bandara ini penuh dengan permainan,” tudingnya.
Bandara NYIA Kulon Progo direncanakan akan menggantikan Bandar Udara Internasional Adisutjipto, yang tidak mampu lagi menampung kapasitas penumpang dan pesawat. Bandara baru ini berdiri di lahan seluas 600 hektar, direncanakan akan memiliki terminal seluas 106.500 meter persegi dengan kapasitas 10 juta penumpang per tahun.
Bandara tersebut diperkirakan bakal memiliki hanggar seluas 371.125 meter persegi, yang diperkirakan sanggup menampung hingga 28 unit pesawat. (red/3)