Deretan Kejanggalan Kematian Brigadir Esco
KORANNTB.com – Misteri kematian Brigadir Esco Faska Rely, anggota intel Polsek Sekotong, hingga kini belum juga terungkap. Sudah hampir sebulan berlalu sejak jasadnya ditemukan tergantung di kebun belakang rumahnya di Dusun Nyiur Lembang, Desa Jembatan Gantung, Kecamatan Lembar, Lombok Barat namun pihak kepolisian belum menetapkan tersangka.
Keluarga besar korban terus menuntut kejelasan. Ayah korban, Samsul, menilai penyidikan berjalan lamban dan terkesan tertutup. Ia menegaskan keluarga tidak akan berhenti memperjuangkan keadilan bagi putranya.
“Kami minta polisi jangan berlama-lama. Kalau sudah ada pelakunya, kami minta segera ditetapkan sebagai tersangka. Dan hukum seberat-beratnya, bahkan hukuman mati. Kami akan terus menuntut keadilan, dan kalau perlu kami turun aksi di Polres maupun Polda NTB,” ujar Samsul, Minggu (15/09).
Samsul juga meminta perhatian dari Mabes Polri agar ikut mengawal penyidikan. “Kami berharap Mabes Polri juga turun untuk melakukan penyelidikan. Kami ingin polisi segera menetapkan siapa pelakunya,” tegasnya.
Sejumlah Kejanggalan
Keluarga menilai ada banyak hal yang tidak wajar sebelum dan sesudah jasad Esco ditemukan. Beberapa poin yang mereka soroti antara lain:
Hilang kontak: Esco terakhir berkomunikasi dengan adiknya pada Senin sebelum hilang. Ia sempat menyebut sakit, namun keesokan harinya tetap berdinas. Setelah Selasa malam, tak ada lagi kabar hingga jasadnya ditemukan Minggu (24/08/2025).
Saksi mendadak bungkam: Warga sekitar yang diduga mengetahui sesuatu justru memilih diam, sehingga menimbulkan kecurigaan adanya upaya menutup-nutupi.
Bercak darah di rumah: Pada olah TKP kedua, ditemukan bercak darah di beberapa titik rumah korban. Hal ini memunculkan dugaan bahwa peristiwa bermula di dalam rumah, bukan di kebun semata.
Luka benda tumpul: Hasil otopsi menunjukkan adanya luka akibat benturan benda tumpul di leher dan tubuh korban. Menurut keluarga, hal itu tidak sesuai dengan klaim bunuh diri.
Kondisi jasad: Saat ditemukan, jasad Esco sudah membusuk dengan wajah rusak dan leher terikat tali. Keluarga menyebut kondisi ini tidak selaras dengan narasi bunuh diri.
Kata Polisi
Polisi hingga saat ini telah memeriksa 50 saksi dalam kasus kematian Esco. Saksi-saksi yang diperiksa termasuk istri korban sendiri yang beberapa kali diperiksa penyidik.
“Ada 50 saksi sudah diperiksa,” kata Kasubdit III Jatanras Ditreskrimum Polda NTB, AKBP Catur Erwin Setiawan.
Polisi juga sudah melakukan ekstrak percakapan di ponsel milik almarhum Esco dan istrinya. Hasilnya sudah ada, namun AKBP Catur memilih untuk tidak buru-buru mengungkapkan ke media.
Dukungan Masyarakat
Selain keluarga, desakan untuk segera mengungkap pelaku juga datang dari elemen masyarakat. Ketua Laskar Sasak Lombok Tengah, Lalu Toni, menyampaikan belasungkawa sekaligus menegaskan komitmen untuk ikut mengawal kasus tersebut.
“Saya selaku masyarakat Lombok Tengah ikut berbela sungkawa atas meninggalnya almarhum Brigadir Esco. Suatu kewajiban bagi saya selaku warga Lombok Tengah dan atas nama Ketua Laskar Sasak Lombok Tengah, berharap kepada pihak kepolisian untuk segera dan secepatnya menangkap pelaku atas meninggalnya Brigadir Esco,” ungkapnya.
Keluarga dan masyarakat berharap proses hukum berjalan transparan serta pelaku segera diproses sesuai hukum yang berlaku, tanpa ada yang ditutup-tutupi.