Abdul Hamid, M.Pd. 

Birokrat, Praktisi dan Pemerhati Pendidikan

KORANNTB.com – Pembangunan pendidikan Nusa Tenggara Barat (NTB) yang berkelanjutan harus memberi perhatian yang serius pada aspek Sumber Daya Manusia (SDM). Orientasi tersebut tidak hanya relevan secara konseptual tetapi juga berkorelasi dengan visi Gubernur dan Wakil Gubenrur NTB 2018-2023, yaitu Mewujudkan NTB Gemilang.

Visi ini tercermin misi keempat, yaitu “percepatan peningkatan daya saing manusia menjadi pondasi daya saing daerah yang kompetitif.”

Dengan kata lain, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB harus menjadi leading sector menuju NTB Gemilang. Artinya, sektor pendidikan harus memiliki imbas bagi dimensi pembangunan lain, yaitu IPM, tenaga kerja, kenakalan remaja, darurat narkoba, dan kesejahteraan rakyat. Permasalahannya kini adalah apa wujud dan bagaimana program pembangunan pendidikan NTB tersebut diwujudkan sesuai nawacita Gubernur-Wakil Gubernur 2018-2023.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, kita perlu memahami kondisi eksisting pendidikan kita (NTB). Kondisi eksisting yang dimaksud adalah kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Kekuatan pembangunan pendidikan kita saat ini adalah (a) komitmen politik kuat, baik Gubernur-Wakil Gubernur maupun DPRD; (b) dukungan SDM dan sarana-prasarana relatif memadai; dan (c) aplikasi IT kita sangat mudah diakses.

Hanya saja kondisi pendidikan kita memiliki beberapa kelemahan, yaitu (a) IPM kita 68,14 (urutan 29 dari 34); (b) mutu guru dan tendik kita berada pada level dua dari 5 level; (b) alumni SMK belum kompeten dan belum siap sehingga berpotensi anggur; (c) APK dan APM SMA/SMK/MA masih sangat rendah (76,27% dan 54,23%); (c) angka buta aksara masih sangat tinggi yaitu (sekitar 12%, urutan ke-33 sebelum Papua); (d) kasus narkoba dan pergaulan di kalangan pelajar sangat tinggi; dan (e) Belum ada program masif tentang kebudayaan daerah’.

Selain itu, pembangunan pendidikan NTB memiliki beberapa peluang, di antaranya (a) program pengiriman 1000 mahasiswa ke luar negeri; (b) NTB Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) yang erat kaitannya dengan penyiapan SDM; dan (c) SDA Nusa Tenggara Barat sangat andal, baik sektor pertanian, peternakan, pertambangan, pariwisata, maupun kelautan dan perikanan. Meskipun kita memiliki beberapa tantangan, di antaranya: (a) pola pikir masyarakat sulit diubah; (b) fungsi koordinasi dengan Kabupaten /Kota masih lemah;  (c) partisipasi masyarakat dalam pengembangan SDM masih lemah.

Mencermati kondisi eksisting tersebut, ada dua hal utama yang perlu dibangun untuk mewujudkan NTB gemilang, harus berorientasi atau berkarakteristik pada penyelesaian masalah (problem solving) dan inovasi. Wujud program pembangunan pendidikan NTB selayaknya diarahkan pada enam pilar.

Pertama, akselerasi standar pendidik dan tenaga kependidikan. Mengacu pada rapor mutu pendidikan NTB yang diterbitkan oleh LPMP NTB, mutu guru dan tendik masih sangat rendah (mencapai 40% dari 100% yang diharapkan). Selain itu, data per 2 Maret 2019, sekolah yang telah menerapkan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dari 447 SMA/SMK belum ada satupun sekolah yang levelnya berkategori tuntas SNP (masih menuju SNP1).

Oleh karena itu, kegiatan (a) peningkatan kapasitas guru (kuantitas dan kualitas); (b) peningkatan komitmen kerja Guru dengan pola “Penghargaan dan Hukuman”; serta (c) persemaian guru unggul dengan membidik siswa-siswa SMA terbaik, untuk dilakukan pembimbingan minat menjadi guru terutama untuk mata pelajaran sains dan matematika, atau pelajaran lainnya yang dipandang urgen.

Kedua, program revitalisasi SMK. Program ini dimaksudkan untuk memastikan agar output SMK siap menjadi pewirausaha muda berbakat, yang memiliki kompetensi kerja, dan dapat diterima di pasar kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu (a) mengevaluasi kesesuaian program studi yang ada dengan minat masyarakat, relevansi permintaan pasar kerja, dan keseusian dengan sumber daya lokal dan potensi pendukung di lingkungan sekolah; (b) penguatan lembaga dengan pemenuhan 8 standar pendidikan, serta regrouping sekolah; (c) SMK harus menjadi lokomotif menumbuhkan sektor industry, setiap SMK diwajibkan membuat suatu produk unggulan sebagai hasil karya siswa atau “one school one product” (OSOP).

Ketiga, wajib belajar 12 tahun. Program ini diharapkan dapat mendongkrak APK-APM dan IPM (pada variabel angka lama sekolah [schooling year]). Secara kumulatif Angka Lama Sekolah (ALS) di NTB sekitar 8 tahun. Artinya, penduduk NTB tingkat pendidikan penduduk NTB rata-ratanya setara kelas VIII SMP/MTs (belum tamat SMP/MTs), yang jauh di bawah ALS provinsi lain. Program ini tidak terlalu mahal karena biaya PSB telah ditangani oleh BOS sehingga butuh penguatan dari Komite Sekolah dan BOS Daerah. Program ini harus dibarengi dengan membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan melalui berbagai sosialisasi yang masif.

Keempat, gerakan penuntasan buta aksara. Gerakan Penuntasan Buta Aksara jauh lebih penting karena menyangkut kebutuhan literasi dasar masyarakat dan menjadi penyebab lemahnya kemajuan berinteraksi pada zaman serba digital ini dan penahan laju IPM. Implementasi program ini membutuhkan banyak pihak, yaitu Pemerintah, Masyarakat, dan Swasta, Dinas Dikbud tetap sebagai pengendali program.

Kelima, Persemaian Pemuda Bintang. Yaitu suatu program yang bertujuan untuk: (a) menemukan Siswa Berbakat (gifted) (untuk kemudian dibina, diarahkan dan dibiayai) dalam bidang sains, matematika, dan teknologi untuk dipersiapkan menjadi calon peserta kompetisi sains, matematika danteknologi di tingkat nasional dan internasional; (b) menemukan calon siswa ataupun mahasiswa (lalu diarahkan dan dibiayai) yang siap dikirim ke luar negeri atau ke perguruan tinggi terbaik di luar maupun dalam negerisehingga dapat menjadi andalan pembangunan, baik daerah maupun nasional; (c) mengefektifkan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang dapat membangun daya saing positif dan wadah aktualisasi (seperti Pramuka, PMR, Pencinta Alam, Kelompok Ilmiah Remaja, Sanggar Seni, klub-klub olahraga siswa, dan lain-lainnya); serta (d) menangkal serangan pemakaian narkoba dan kenakalan remaja dengan melahirkan segudang prestasi dari anak-anak berbakat (gifted and talented student).

Keenam, Persemaian Pelaku Budaya dan Kesenian Daerah. Program ini dimaksudkan untuk menemukan secara masif bibit-bibit pelaku seni dan budaya NTB baik Sasak, Samawa, dan Mbojo. Sebab, selama ini “kebudayaan” dipahami secara sempit sebagai “berkesenian” dan masih pola pembangunannya masih bersifat parsial. Transfer budaya harus dilakukan secara masif dan kontinyu sehingga beregenerasi serta dapat melahirkan pola budaya baru berkarakter Sasambo. Selain itu, program ini berorientasi pada apresiasi dan penguatan sanggar-sanggar seni dan budaya, baik yang dikelola oleh masyarakat, sekolah, ataupun kampus.

Persoalannya bagaimana program tersebut dapat diwujudkan? Hal pertama yang patut dilakukan adalah pergorganisasian tugas. Di samping bertumpu pada kinerja Dinas Dikbud perlu didukung oleh suatu Tim Adhoc yang diberi nama “Satuan Tugas SDM Gemilang”, yang dibentuk dengan Surat Keputusan Gubernur NTB. Susunan Tim Adhoc harus di dalamnya harus memiliki divisi-divisi yang mengakomodasi enam pilar program di atas, dengan tugas dan fungsi yang telah dirumuskan secara memadai dalam bentuk buku “Pedoman Tim Adhoc Satuan Tugas SDM Gemilang.”

Masing-masing divisi dikoordinasikan oleh seorang ketua dan memiliki program dan subprogram yang didukung pembiayaannya dari APBD NTB, Kemdikbud, ataupun sumber lain yang relevan. Kedua, koordinasi dengan stakeholders. Gagasan dan konsep Tim adhoc harus mendapat dukungan banyak pihak, sehingga dibutuhkan koordinasi yang intensif dengan pihak terkait yang mendukung kesuksesan program.

Program-program tersebut harus diimplementasikan secara sungguh-sungguh dan konsisten  sungguh-sungguh sehingga perubahan sektor pendidikan di NTB terjadi secara signifikan. Dengan demikian, apa yang menjadi hajat kita “NTB Gemilang” dapat kita capai.