Prokes dan CHSE Berjalan, Kemenparekraf Pastikan Mandilaka Siap Sambut Wisatawan
KORANNTB.com – Destinasi superprioritas The Mandalika, Lombok Tengah, dan sejumlah destinasi lainnya di Lombok, NTB dinilai sudah semakin siap menyambut wisatawan.
“Kami mengunjungi Mandalika dan melihat penerapan Prokes dan CHSE sudah berjalan dengan baik. Kesadaran masyarakatnya juga tinggi. Ini yang kita pastika, sehingga Mandalika sebagai destinasi suprprioritas harus sudah siap menyambut kedatangan wisatawan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara,” kata Koordinator Pengembangan Jejaring dan Kapasitas Wisata MICE Kemenparekraf, Titik Lestari, Rabu, 24 Februari 2021 di Pantai Kuta The Mandalika, Lombok Tengah.
Titik mengatakan, jajaran Kemenparekraf terus mendorong sertifikasi CHSE untuk destinasi wisata yang ada. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memberi keyakinan calon wisatawan yang akan berkunjung ke Indonesia, termasuk ke Lombok, NTB.
“Kami sudah menggelar sosialisasi CHSE untuk pelaku industri Pariwisata dan Ekraf, jajaran Pemda, media, dan juga assosiasi kepariwisataan. Dan hari ini kami turun melihat bagaimana CHSE ini diterapkan di destinasi yang ada,” ujarnya.
Selain Mandalika, jajaran Kemenparekraf juga mengunjungi sentra kerajinan gerabah Banyumulek di Lombok Barat dan sentra tenun khas Lombok di Sukarara Lombok Tengah.
“Kami lihat progresnya sudah baik, penerapan prokes dan CHSE sudah dilakukan. Artinya kita bisa sampaikan ke calon wisatawan bahwa berkunjung kesini itu nyaman dan aman,” kata Titik.
Titik mengungkapkan, saat ini sertifikasi CHSE merupakan hal yang sangat penting bagi industri pariwisata khususnya bagi pelaku usaha hotel dan restoran termasuk industri kreatif untuk memulihkan kepercayaan wisatawan di masa pandemi COVID-19.
“Kemenparekraf telah melaksanakan program sertifikasi CHSE gratis bagi industri pariwisata di 34 provinsi di Indonesia. Termasuk di dalamnya Lombok, NTB sebagai salah satu yang masuk dalam DSP,” ujarnya.
Dalam kunjungannya ke destinasi wisata di Lombok, Titik Lestari melihat penerapan secara ketat sesuai alur CHSE. Sebelum masuk semua pengunjung diminta untuk mencuci tangan, cek suhu, dan antre berjarak dengan signage yang jelas.
Menurut Titik, masyarakat NTB sudah banyak yang memahami gunanya menjaga protokol CHSE. Terlebih di sejumlah destinasi wisata mulai di kerajinan gerabah Banyumulek, Lombok Barat, tenun Sukarara dan Kawasan ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Kabupaten Lombok Tengah.
“Dalam kondisi sekarang ini, kesehatan harus dijaga dan kita harus menghambat penyebaran COVID-19, tapi ekonomi harus tetap berjalan. Untuk itu kita harus dapat melakukan apa yang diterapkan di sini, jaga jarak, pakai masker, cuci tangan dan sebagainya, itu yang penting. Kadang-kadang sederhana tapi kenyataannya pelaksanaannya tidak disiplin. Ini kita harus dorong terus agar jauh lebih baik,” kata Titik Lestari.
Sementara itu, Karyawan Arshop Berkat Sabar, Banyumulek, Susilawati mengaku mengapresiasi apa yang dilakukan Kemenparekraf dalam mendorong pelaku industri pariwisata dan ekonomi kreatif menerapkan CHSE di lokasi usahanya sebagai antisipasi COVID-19. Salah satunya, mulai penyiapan tempat cuci tangan, sabun, handstanizer dan antre berjarak dengan signage yang jelas dan menggunakan masker baik pengunjung maupun karyawan arshop.
“Kami berharap adanya CHSE akan semakin memperkuat keyakinan wisatawan yang datang bahwa lokasi yang dikunjungi aman dan nyaman,” katanya. (red)