Sejarah Perang Dingin: Tombol Nuklir Uni Soviet dan Amerika Serikat
Artikel sebelumnya: Kebangkitan Hitler dan Pecahnya Perang Dunia II
KORANNTB.com – Amerika Serikat dan Uni Soviet awalnya adalah sekutu atau kawan dalam perang dunia II. Dua negara tersebut yang tergabung dalam blok sekutu melawan blok poros yang terdiri dari Jerman, Italia dan Jepang.
Namun, kedua negara tersebut sebenarnya tidak sepenuhnya bersekutu. Meskipun sama-sama menghadapi kekuatan Nazi dan menumbangkan Hitler, namun kedua negara tersebut saling curiga dan waspada.
Uni Soviet membenci Amerika Serikat yang terlalu lama turun dalam perang dunia II. Uni Soviet sebelumnya juga membenci Inggris dan Prancis yang dinilai tidak serius membentuk aliansi melawan Jerman.
Namun saat Jerman terlibat dalam perang dunia II, kekuatan AS, Uni Soviet, Inggris, Prancis, China dan negara sekutu bersatu melawan Jerman dari berbagai arah.
Usai mengalahkan Jerman, Uni Soviet dan Amerika Serikat mulai memanas. Dua sahabat yang kurang harmonis ini mulai saling curiga. Amerika tidak setuju dengan ideologi komunis Uni Soviet. Ideologi tersebut tidak sejalan dengan ideologi liberal yang dibangun AS. Apalagi dari segi prinsip, Uni Soviet yang berpaham komunis anti terhadap kapitalisme yang dimiliki Amerika.
Pemerintah tirani Uni Soviet di bawah kepemimpinan Stalin membenci Amerika yang selalu menganaktirikan Uni Soviet dalam hubungan internasional. Aliansi AS, Uni Soviet, Inggris pecah usai perang dunia II. Hubungan justru tumbuh menjadi benih kebencian.
Kekalahan Jerman dalam PD II melahirkan Perjanjian Postdam. Perjanjian tersebut membagi Jerman menjadi dua bagian, yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur. Jerman Barat di bawah kekuasaan Inggris, Prancis dan AS. Sementara Jerman Timur di bawah Uni Soviet.
Uni Soviet membawa pengaruh komunis di Jerman Timur. Itu memicu kekhawatiran barat akan pengaruh komunis yang terus melebar dan akan mengganggu mereka di Eropa Barat.
Marshall Plan
Marshall Plan disebut sebagai awal mula perang dingin. Marshall Plan merupakan bantuan yang diberikan Amerika Serikat kepada negara-negara terdampak perang dunia II.
Amerika mengusulkan negara-negara Eropa yang terdampak perang dunia II diberikan bantuan ekonomi dari AS sendiri.
Juni 1947 Inggris dan Perancis mengundang negara-negara Eropa datang ke Paris untuk membicarakan langkah pemulihan ekonomi pasca perang. Uni Soviet menolak hadir. Bahkan negara-negara di bawah pengaruh Uni Soviet seperti Hungaria, Cekoslowakia, Polandia juga turut menolak hadir.
Marshall Plan tidak serta merta membantu negara-negara terdampak perang. Tapi juga untuk menguatkan pengaruh AS pada negara-negara tersebut.
Dari bantuan tersebut, AS berhasil menekan pengaruh komunisme di negara-negara Eropa Barat. Ini justru bertolak belakang dengan semangat Uni Soviet mengibarkan sayap merah (komunisme) mereka.
Molotov Plan
Sebagai tandingan atas Marshall Plan, Uni Soviet mengeluarkan Molotov Plan. Itu merupakan bantuan yang diberikan Uni Soviet untuk negara-negara Eropa Timur yang terdampak perang dunia II.
Molotov Plan bertujuan untuk memperkuat paham komunisme di Eropa Timur. Karena Eropa Barat paham komunis telah lemah saat AS mengeluarkan Marshall Plan.
Tujuh negara tergabung dalam Molotov Plan adalah Uni Soviet, Polandia, Cekoslovakia, Hongaria, Rumania, Bulgaria dan Jerman Timur.
Molotov Plan memiliki kontradiksi. Satu sisi membantu negara-negara terdampak perang, satu sisi justru menagih biaya perbaikan para negara Blok Poros atas kerugian perang dunia II.
Tombol Nuklir
Jutaan masyarakat dunia berdoa agar perang dingin tidak berubah menjadi perang dunia III. Gereja-gereja di Eropa selalu ramai dengan jamaah yang berdoa menghindari perang. Trauma perang dunia II menjadi alasan masyarakat global menghindari perang.
Perang dingin menyerang psikologi masyarakat dunia. Kedua negara kuat (AS dan Uni Soviet) berlomba-lomba membangun nuklir. Membangun fasilitas silo. Senjata pemusnah massal tersebut tinggal menanti tombol untuk ditekan.
Blok Barat dan Blok Timur berlomba mendorong pengembangan senjata nuklir, persaingan ekonomi, teknologi, perlombaan senjata hingga ke luar angkasa.
1949 Uni Soviet melakukan uji nuklir. Amerika menanggapi dengan rencana membuat senjata yang lebih dahsyat.
4 April 1949 Blok Barat mendirikan Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau dikenal dengan NATO. Tujuannya tentu saja mempertahankan Eropa dari kemungkinan serangan Uni Soviet.
Blok Timur menandingi NATO dengan membentuk Pakta Warsawa. Ini merupakan aliansi militer Blok Timur dan Eropa Timur untuk menghadapi kemungkinan serangan NATO.
1962 merupakan tahun yang mengerikan. Uni Soviet membangun secara diam-diam rudal di Kuba yang dapat diarahkan di kota-kota Amerika Serikat. Ini menjadi kepanikan mengerikan warga Amerika. Mereka membangun tempat perlindungan di belakang rumah mereka. Ruang-ruang bawah tanah menjadi tempat berlindung diri. Belakangan baru tercapai kesepakatan untuk menarik rudal.
Runtuhnya Uni Soviet
Perang Dingin mulai berakhir saat runtuhnya Uni Soviet pada 25 Desember 1991.
Saat itu pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev mulai menghapus sistem diktator Uni Soviet dan menumbuhkan demokrasi. Itu tentu sejalan dengan prinsip Amerika Serikat dan negara Eropa Barat.
Berakhirnya perang dingin tidak terlepas dari strategi Presiden AS, Richard Nixon yang lebih memilih menjalani hubungan diplomatik dengan negara lain daripada harus menggunakan kekuatan militer.
Richard Nixon mendorong PBB mengakui pemerintah komunis China. Dia juga mencapai kesepakatan untuk melarang kedua negara terlibat perang dingin untuk membuat nuklir.
Presiden AS, Ronald Reagan selanjutnya kembali membuat perang dingin yang sebelumnya mendingin menjadi panas. Prinsipnya jelas anti komunisme. Dia memberikan bantuan militer kepada negara-negara anti komunisme.
Satu sisi internal Uni Soviet sedang hancur. Itu menjadi jalan mulus Amerika Serikat mengakhiri perang dingin dengan klaim kemenangan seperti yang disampaikan George Bush.
Demokrasi Uni Soviet melahirkan kebebasan informasi. Itu membuat media-media membuka setiap masalah internal Uni Soviet yang sebelumnya tertutup. Pengaruh Uni Soviet memudar. Negara-negara sekutu berganti pemerintah dengan pemerintah yang tidak pro komunis.
Runtuhnya Tembok Berlin
9 November 1989 merupakan detik-detik terakhir Uni Soviet. Itu ditandai dengan peristiwa runtuhnya Tembok Berlin.
Para pemuda berpendidikan yang ingin melarikan diri dari Berlin Timur ke Berlin Barat membawa palu memukul kedua sisi tembok untuk membuat celah.
Alasannya tentu saja penduduk tidak ingin berada di Jerman Timur yang berpaham komunis.
Tembok yang memisahkan Jerman Timur dan Barat itu mengisahkan peristiwa yang menarik. Penduduk Jerman Timur dan Jerman Barat sama-sama berkumpul di perbatasan tembok Berlin. Mereka dari dua arah menggunakan palu dan alat lainnya sama-sama memukul tembok. Mereka ingin bertemu sanak keluarga mereka yang terpisah tembok. Kerja keras mereka akhirnya membuahkan hasil dengan runtuhnya Tembok Berlin. Itu menjadi awal bersatu kembali Jerman Timur dan Jerman Barat.
Tangis haru pecah saat tembok Berlin runtuh. Penduduk mencari keluarga mereka yang selama perang dingin terpisah. Apalagi kisah haru sebelum runtuhnya tembok, diwarnai dengan penembakan terhadap warga Jerman Timur yang ingin berkumpul di tembok.
Pecahnya Uni Soviet menandai berakhirnya perang dingin. Sebuah ketakutan yang maha besar detik-detik dunia diambang perang dunia III. (red)
Foto: Penduduk Jerman Barat memanjat Tembok Berlin di hadapan tentara Jerman Timur. (Istimewa)